Perkembangan Trem (Light Rail Transit)
"Trem? Salah satu solusi kah?"
Macet? Ah, tidak asing lagi. Sebuah kata yang sangat sering terdengar dari mulut-mulut para penduduk di Indonesia, khususnya Jakarta. Hampir setiap hari kita mengalami sebuah peristiwa yang disebut macet, apa lagi di Jakarta ini. Bisa dibilang, Jakarta itu tidak macet hanya ketika lebaran, itu pun karena kemacetannya berpindah ke kota-kota lain tujuan mudik. Namun, apakah macet itu sebuah keadaan yang permanen? Tidak. Setiap masalah pasti ada solusinya. Salah satu solusinya adalah dengan menggunakan transportasi umum yang satu ini. Namanya trem. Sebenarnya, transportasi umum ini sudah pernah ada di Indonesia. Baiklah, mari kita mengetahui lebih jauh tentang trem!
SEJARAH TREM
Awalnya, trem merupakan sebuah kendaraan yang dipakai pada pertambangan untuk mengangkut barang-barang tambang. Fungsi utamanya adalah agar memudahkan barang-barang tambang tersebut untuk dibawa/ditarik oleh kereta kuda. Bentuk trem saat itu masih sederhana, prinsipnya hampir mirip dengan kereta api. Trem juga memiliki rel dan gerbong. Perbedaannya, saat itu gerbong masih terbuat dari kayu. Umumnya, gerbong yang dimiliki trem tidak sebanyak kereta api. Gambar di bawah ini menggambarkan bentuk trem pada saat masih digunakan dalam bidang pertambangan.
Setelah itu, mulai berkembang trem sebagai alat transportasi kota. Memang masih menggunakan kereta kuda sebagai alat transportasi. Perkembangan ini terjadi pertama kali di jalur New York dan Harlem, Amerika pada tahun 1832. Sampai sekarang, jalur tersebut masih dipakai sebagai jalur trem di jalanan kota. Perkembangan jalur trem selanjutnya adalah di New Orleans pada tahun 1835. Setelah lebih dari 150 tahun digunakan, jalur tersebut tetap digunakan untuk gerbong-gerbong yang digerakkan menggunakan energi listrik.
Selanjutnya, pengusaha-pengusaha dari Amerika memperkenalkan trem ke Benua Eropa. Dimulai dari Paris (1853), Inggris (1860), dan Denmark pada tahun 1863. Tahun 1870-an merupakan masa dimana inovasi baru trem ditemukan. Awalnya, semua dikarenakan hambatan sumber daya alam. Karena, tidak selamanya hewan-hewan tersebut dapat dipakai sebagai hewan penggerak kereta/trem. Maka, para teknisi memikirikan untuk mencari inovasi baru. Sempat terpikir untuk membuat trem dengan menggunakan tenaga uap. Memang kurang cocok untuk di daerah pinggiran kota. Sehingga pada akhirnya trem dengan penggerak energi listrik menjadi pilihan utama sebagai inovasi baru.
Trem pertama yang digerakkan dengan listrik diperkenalkan di Berlin pada tahun 1879. Trem tersebut sebelumnya digerakkan dengan baterai/aki yang harus dibawa bersama trem. Namun, Werner von Siemens menemukan cara baru agar sumber listrik penggerak trem dapat diletakkan di suatu tempat tertentu (tidak harus dibawa). Dengan cara tersebut juga menjadi lebih hemat biaya. Sehingga sejak saat itu, energi listrik untuk trem dialirkan melalui rel/jalur trem atau kabel yang terdapat di atas, sepanjang jalur trem.
Dengan alasan keamanan dan keselamatan, kabel yang terdapat di atas sepanjang jalur trem dikatakan tidak cocok untuk lingkungan di jalanan kota. Pertama, kabel tersebut digunakan di jalur Bessbrook dan Newry di Irlandia tahun 1885. Sebelumnya pernah mencoba bentuk lain selain kabel di Paris pada tahun 1881 dan kota-kota lain di Eropa, termasuk Frankfurt pada tahun 1884. Ternyata, penggunaan kabel tersebut merupakan cara yang paling praktis dan solusi yang terbaik. Sehingga, banyak digunakan di hampir seluruh jalur di dunia. Sebelum abad ke-19 berakhir, trem dengan penggerak listrik sudah banyak bermunculan dan tersebar di Asia dan Australia. Yaitu di Kyoto, Jepang; Bangkok, Thailand; dan Melbourne, Australia.
TREM DI INDONESIA
Ternyata, masa munculnya
trem di Indonesia munculnya hampir bersamaan dengan awal pertama kali
trem tercipta di dunia ini. Awalnya pada tahun 1869, bentuknya masih
trem kuda. Trem kuda berupa kereta panjang yang memuat 40 penumpang.
Kereta tersebut ditarik 3-4 ekor kuda. Trem kuda tersebut lewat 5 menit
sekali dan beroperasi setiap hari mulai pukul 05.00-20.00. Tarif untuk
menaikinya adalah seharga 10 sen.
Sesuai dengan perkembangan trem di Eropa dan Amerika, pada tahun 1881, trem kuda digantikan oleh trem uap. Sama seperti namanya, kereta tersebut sudah tidak berbentuk kuda tetapi sudah menjadi lokomotif. Trem uap ini digerakkan dengan ketel uap.
Zaman itu, jalur trem dibagi menjadi 3 kelas. Kelas pertama berisi orang-orang Eropa sebanyak 15% dari total penumpang di kereta tersebut. Sedangkan kelas kedua disediakan untuk penumpang dari golongan Timur Asing. Serta kelas terakhir atau kelas ketiga disediakan untuk penduduk pribumi. Lokomotif untuk kelas terakhir bentuknya sedikit berbeda, begitu juga fungsinya. Lokomotif kelas terakhir bentuknya seperti bak terbuka (pada zaman itu disebut pikolan), dan difungsikan untuk mengangkut ikan, sayuran, buah-buahan, dll.
Trem di Indonesia saat itu terdapat di beberapa kota besar, contohnya Surabaya dan Jakarta. Di Jakarta sendiri, terdapat 4 rute trem. Rinciannya sebagai berikut.
Rute 1
Berawal dari stasiun di pintu Gerbang Amsterdam menuju Stadhuisplein (Taman Fatahillah) – Nieuwpoort Straat (Jalan Pintu Besar Utara dan Selatan) – Molenvliet West (Jalan Gajah Mada) – Harmoni
Rute 2
Rute ini merupakan lanjutan dari rute 1. Dari Harmoni - Rijswijk (Jalan Veteran) - Wilhelmina Park (Masjid Istiqlal) - Pasar Baru - Senen - Kramat - Salemba - Matraman - Meester Cornelis (Jatinegara)
Rute 3
Dari Harmoni menuju Tanah Abang - Kampung Lima Weg (Sarinah) – Tamarin Delaan (Jalan Wahid Hasyim) – Kebon Sirih – Kampung Baru (Jalan Cut Mutia) – Kramat
Rute 4
Rute ini merupakan cabang dari Rute 3. Dari Harmoni menuju Istana Gubernur Jenderal (Istana Merdeka), Koningsplein (Medan Merdeka) - Stasiun Gambir - Tugu Tani - Kampung Baru (Jalan Cut Mutia)
Sekitar 20 tahun berjalan, seiring perkembangan teknologi, trem uap tergeser oleh trem listrik. Trem listrik mulai berjalan di Indonesia sejak tanggal 10 April 1899. Namun, trem uap masih mengiringi kemunculan trem listrik hingga akhirnya dihapus pada tahun 1933. Selama 27 tahun, trem listrik menjadi alat transportasi yang paling nyaman dan paling banyak dimanfaatkan masyarakat Indonesia. Karena, hampir seluruh Kota Jakarta saat itu dapat dilalui. Sayangnya, menurut Bung Karno, alat transportasi yang diadopsi dari Eropa ini tidak cocok untuk di Jakarta. Lebih cocok jika di Jakarta ini memiliki metro atau kereta bawah tanah. Ketika trem telah dihapus dan dihancurkan, ternyata untuk membongkar jalur trem biayanya lebih mahal. Sehingga, bekas jalur trem langsung diaspal. Pengganti trem adalah bus-bus PPD, namun tidak dapat menggantikan kenyamanan dan fungsi dari trem saat itu.
Berikut ini adalah gambar yang menunjukkan keberadaan trem di Jakarta (Batavia), Indonesia.
Sesuai dengan perkembangan trem di Eropa dan Amerika, pada tahun 1881, trem kuda digantikan oleh trem uap. Sama seperti namanya, kereta tersebut sudah tidak berbentuk kuda tetapi sudah menjadi lokomotif. Trem uap ini digerakkan dengan ketel uap.
Zaman itu, jalur trem dibagi menjadi 3 kelas. Kelas pertama berisi orang-orang Eropa sebanyak 15% dari total penumpang di kereta tersebut. Sedangkan kelas kedua disediakan untuk penumpang dari golongan Timur Asing. Serta kelas terakhir atau kelas ketiga disediakan untuk penduduk pribumi. Lokomotif untuk kelas terakhir bentuknya sedikit berbeda, begitu juga fungsinya. Lokomotif kelas terakhir bentuknya seperti bak terbuka (pada zaman itu disebut pikolan), dan difungsikan untuk mengangkut ikan, sayuran, buah-buahan, dll.
Trem di Indonesia saat itu terdapat di beberapa kota besar, contohnya Surabaya dan Jakarta. Di Jakarta sendiri, terdapat 4 rute trem. Rinciannya sebagai berikut.
Rute 1
Berawal dari stasiun di pintu Gerbang Amsterdam menuju Stadhuisplein (Taman Fatahillah) – Nieuwpoort Straat (Jalan Pintu Besar Utara dan Selatan) – Molenvliet West (Jalan Gajah Mada) – Harmoni
Rute 2
Rute ini merupakan lanjutan dari rute 1. Dari Harmoni - Rijswijk (Jalan Veteran) - Wilhelmina Park (Masjid Istiqlal) - Pasar Baru - Senen - Kramat - Salemba - Matraman - Meester Cornelis (Jatinegara)
Rute 3
Dari Harmoni menuju Tanah Abang - Kampung Lima Weg (Sarinah) – Tamarin Delaan (Jalan Wahid Hasyim) – Kebon Sirih – Kampung Baru (Jalan Cut Mutia) – Kramat
Rute 4
Rute ini merupakan cabang dari Rute 3. Dari Harmoni menuju Istana Gubernur Jenderal (Istana Merdeka), Koningsplein (Medan Merdeka) - Stasiun Gambir - Tugu Tani - Kampung Baru (Jalan Cut Mutia)
Sekitar 20 tahun berjalan, seiring perkembangan teknologi, trem uap tergeser oleh trem listrik. Trem listrik mulai berjalan di Indonesia sejak tanggal 10 April 1899. Namun, trem uap masih mengiringi kemunculan trem listrik hingga akhirnya dihapus pada tahun 1933. Selama 27 tahun, trem listrik menjadi alat transportasi yang paling nyaman dan paling banyak dimanfaatkan masyarakat Indonesia. Karena, hampir seluruh Kota Jakarta saat itu dapat dilalui. Sayangnya, menurut Bung Karno, alat transportasi yang diadopsi dari Eropa ini tidak cocok untuk di Jakarta. Lebih cocok jika di Jakarta ini memiliki metro atau kereta bawah tanah. Ketika trem telah dihapus dan dihancurkan, ternyata untuk membongkar jalur trem biayanya lebih mahal. Sehingga, bekas jalur trem langsung diaspal. Pengganti trem adalah bus-bus PPD, namun tidak dapat menggantikan kenyamanan dan fungsi dari trem saat itu.
Berikut ini adalah gambar yang menunjukkan keberadaan trem di Jakarta (Batavia), Indonesia.
PERKEMBANGAN TREM MASA KINI
Sekarang adalah era modern, dimana terjadi perkembangan teknologi yang sangat pesat. Trem masa kini sudah sangat berbeda dengan trem di masa sebelumnya. Dari segi bentuk, efisiensi, kecepatan, dan kapasitas.
Bentuk, tentu saja sudah sangat berbeda. Awalnya ditarik kereta kuda dan masih terbuat dari kayu, hingga akhirnya ditemukan bentuk seperti lokomotif. Sebenarnya tidak semua trem di dunia saat ini bentuknya lokomotif, tapi memang mayoritas bentuknya adalah lokomotif. Contohnya trem yang terdapat di Blackpool, Inggris. Trem ini memiliki jalur dari Blackpool ke Fleetwood. Trem di Blackpool ini merupakan satu-satunya lanjutan dari trem generasi pertama. Bentuknya sangat unik, atau lebih tepatnya bentuk trem ini menjadi salah satu kekhasan dari Inggris. Karena, trem ini bentuknya mirip seperti bus namun memiliki 2 tingkat. Biasa disebut double decker. Ini adalah salah satu gambar dari trem tersebut.
Dari segi efisiensi, sebenarnya kecepatan dan kapasitas menjadi faktor-faktor yang menjadi tolak ukur seberapa efisien trem di masa kini. Bisa kita lihat dari salah satu negara maju di Eropa yaitu Jerman. Jerman memiliki jaringan trem yang sangat luas dan mencakup seluruh wilayahnya. Hampir di setiap kota besar pasti memiliki trem. Trem di Jerman memiliki bentuk lokomotif, walaupun dari bentuk tersebut masih dibagi menjadi tipe-tipe lagi. Tetapi, rata-rata trem di sana memiliki kecepatan yang cukup tinggi. Tergantung dari kebutuhan dan kondisi kota. Bahkan, Jerman memiliki trem yang digunakan di daerah pegunungan. Terdapat di Drachenfels, Koenigswinter dan Zugspitze, Munich.
Trem di Drachenfels, Koenigswinter.
Trem di Zugspitze, Munich.
Kapasitas trem di Jerman juga besar. Sekali rute/perjalanan dapat menampung orang dalam jumlah yang besar. Sehingga, dapat mengurangi cukup banyak kendaraan yang beredar di jalan.
Selain menjadi alat transportasi kota biasa, trem juga bisa dipakai sebagai salah satu fasilitas pariwisata. Di Melbourne, Australia, di bagian kota, trem digunakan sebagai transportasi untuk wisatawan berkeliling-keliling di kota. Hampir sama seperti Jerman, Melbourne memiliki jaringan trem yang luas. Seperti yang telah dicatat pada tahun 2011, Melbourne telah memiliki 487 trem, 30 rute, dan 1.763 pemberhentian trem. Trem yang umumnya digunakan untuk para wisatawan adalah Yarra Trams. Mengapa Yarra Trams? Sebenarnya, Yarra Trams adalah trem biasa yang memang fungsinya sebagai alat transportasi kota. Tetapi, banyak wisatawan yang menggunakan Yarra Trams untuk berkeliling di pusat kota Melbourne. Yarra Trams didirikan dan disahkan pada bulan Oktober 1997. Yarra Trams merupakan salah satu trem yang patut untuk dinaiki. Karena, memang Yarra Trams membawa kita untuk melihat tempat-tempat di pusat kota yang sangat menarik. Contohnya, Federation Square, Flinders Street, Melbourne National Library, dll. Yarra Trams salah satunya terdapat pada gambar di bawah ini.
Mirip seperti di Jerman, Selandia Baru juga memiliki trem yang berfungsi dan bekerja di daerah pegunungan. Trem ini terdapat di Wellington. Hampir mirip pula dengan Melbourne, trem di sini digunakan sebagai transportasi umum untuk berpariwisata. Trem yang berfungsi dan bekerja di Wellington memiliki tujuan Botanical Garden. Trem ini digunakan untuk mencapai Botanical Garden yang merupakan salah satu tempat untuk berekreasi.
Dari Amerika, di San Fransisco juga terdapat trem yang sebenarnya sangat menggambarkan trem dari masa lalu. Trem di San Fransisco disebut cable car system. Trem di sana cukup unik. Trem digunakan sebagai salah satu bentuk perlombaan. Sejak tahun 2002, dibentuklah lomba yang disebut cable car-bell ringing contest. Setiap tahunnya, lomba ini diselenggarakan setiap minggu kedua hingga minggu terakhir bulan Juni. Cukup unik karena lomba ini menjadi perlombaan yang cukup serius dan juaranya ditentukan oleh juri-juri yang serius pula.
KONSEP TREM MODERN (LIGHT RAIL TRANSIT)
Trem atau trem kota memang merupakan alat transportasi kota yang berbentuk lokomotif seperti kereta api. Alat transportasi ini merupakan salah satu solusi untuk mengatasi kemacetan. Biasanya trem atau Light Rail Transit (LRT), terdiri dari 1 set atau 2 gerbong. Karena, bentuk LRT disesuaikan dengan kondisi kota. Sehingga tidak boleh terlalu panjang. Bisa juga terdiri dari 2 set atau 4 gerbong, tetapi jika terdiri dari 4 gerbong disebut Heavy Rail Transit (HRT). LRT memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
Dapat berbaur dengan lalu lintas kota
Dapat berbelok dengan radius kecil/tajam (sekitar 15 meter, sehingga dapat menyusuri bangunan tua pusat kota, sedangkan HRT minimum dengan radius 150 meter)
Dapat naik dengan elevasi hingga 12%, sedangkan HRT maxiumum 1%. Oleh sebab itu stasiun LRT sering berada di atas jembatan layang
Keunggulan lain yang dimiliki LRT adalah dari segi kapasitas. LRT mampu mengangkut 80.000 penumpang per jam. Walaupun masih kalah bandingkan dengan HRT yang bisa mengangkut 140.000 penumpang per jam, LRT masih lebih unggul dibandingkan dengan monorail dan busway. Monorail hanya mampu mengangkut 40,000 penumpang per jam, sedangkan busway hanya 25.000 penumpang per jam.
Dengan kapasitas yang cukup besar, trem bisa mengurangi kemacetan di kota. Selain mengurangi kemacetan, trem juga bisa membantu mengurangi pencemaran lingkungan. Karena jika banyak orang yang menaiki trem atau transportasi umum, jumlah kendaraan yang beredar di jalanan kota pun akan berkurang. Sehingga, 2 masalah sekaligus bisa teratasi. Masalah kemacetan dan lingkungan.
Bagaimana dengan Indonesia? Apakah trem akan menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah kemacetan di Jakarta?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar