Proses terjadinya hujan adalah gejala alam yang membentuk siklus
perputaran air di bumi. Secara sederhana, tahapan terjadinya hujan ini
menggambarkan proses perpindahan air dari samudera, laut, sungai, danau
dan sumber air lainnya ke atmosfer lalu kembali lagi menuju daratan.
Indonesia sendiri memiliki 2 musim yakni musim kemarau dan musim hujan.
Hal ini dikarenakan Indonesia terletak didekat garis khatulistiwa
sehingga memiliki iklim tropis dan suhu yang tinggi sehingga menyebabkan
terjadinya banyak proses penguapan sehingga memiliki curah hujan yang
cukup tinggi.
Panas
matahari menyebabkan air di sungai, danau, dan laut menguap ke udara.
Selain bentuk air secara fisik, air yang menguap ke udara juga bisa
berasal dari tubuh manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lain
yang mengandung air. Kemudian uap air naik terus ke atas hingga menyatu
ke udara bersama uap-uap air lainnya.
Suhu udara yang tinggi
akibat panas matahari akan membuat uap air tersebut mengalami proses
kondensasi (pemadatan) dan menjadi embun. Embun berbentuk titik-titik
air kecil sedangkan suhu yang semakin tinggi membuat jumlah titik-titik
embun semakin banyak hingga kemudian berkumpul memadat dan membentuk
awan. Menurut kajian Neilburger tahun 1995, pada tahapan ini,
tetes-tetes air memiliki ukuran jari-jari sekitar 5-20 mm. Dalam ukuran
ini tetesan air akan jatuh dengan kecepatan 0,01-5 cm/detik sedangkan
kecepatan aliran udara ke atas jauh lebih tinggi sehingga tetes air
tersebut tidak akan jatuh ke bumi. Supaya sebuah tetes air dapat jatuh
ke bumi dibutuhkan ukuran sebesar 1 mm karena hanya dengan ukuran
sebesar itulah tetes air dapat mengalahkan gerakan udara ke atas.
Dengan
bantuan angin, awan-awan tersebut bisa bergerak ke tempat lain.
Pergerakan angin ini dapat membuat beberapa awan kecil menyatu dan
membentuk awan yang lebih besar lalu bergerak ke langit atau ke tempat
yang memiliki suhu lebih rendah. Semakin banyak butiran air terkumpul
maka akan membuat warna awan semakin kelabu.
Akibat dari jumlah titik air yang semakin berat akan membuat butiran-butiran tersebut jatuh ke bumi dalam bentuk hujan.
Perbedaan
awan dingin dan awan hangat
Menurut suhu lingkungan fisik atmosfer
dimana suatu awan berada, awan dibedakan atas awan dingin (cold cloud)
dan awan hangat (warm cloud). Disebut awan dingin apabila seluruh
bagiannya berada pada lingkungan atmosfer dengan suhu di bawah 0 derajat
celcius. Awan ini kebanyakan berada pada daerah lintang tinggi dan
menengah dimana suhu udara dekat permukaan tanah bisa mencapai suhu
minus 0 derajat.
Indonesia memiliki suhu udara dekat permukaan tanah sekitar 20 – 300
derajat celcius sedangkan dasar awan memiliki suhu sekitar 180 derajat
celcius. Meskipun demikian, puncak awan dapat menembus jauh ke atas
melewati titik beku sehingga sebagian awan merupakan awan hangat
sedangkan sisanya merupakan awan dingin. Awan semacam ini disebut juga
dengan mixed cloud.
Proses terjadinya hujan pada awan hangat
Saat
uap air terangkat ke atmosfer akan berfungsi sebagai inti kondensasi
yang menyebabkan uap air mengalami proses evaporasi (pengembunan).
Sumber utama inti kondensasi adalah garam yang berasal dari air laut.
Karena sifatnya yang higroskopik maka semenjak dimulai proses
kondensasi, partikel berubah menjadi droplets (titik air) dan droplets
yang berkumpul membentuk awan. Partikel air yang mengelilingi debu serta
kristal garam akan menebal sehingga menjadi lebih berat dari udara dan
mulai jatuh dari awan sebagai hujan
Proses terjadinya hujan pada awan dingin
Proses
ini dimulai dari adanya Kristal es yang bertambah banyak melalui air
super dingin (supercooled water) dan deposit uap air. Keberadaan Kristal
es memegang peranan penting dalam proses hujan pada awan dingin
sehingga sering disebut juga proses Kristal es.
Pada waktu udara naik
lebih tinggi ke atmosfer, terbentuklah titik-titik air dan juga awan.
Di ketinggian tertentu yang sumbunya berada di bawah titik beku maka
awan tersebut akan berubah menjadi Kristal-kristal es kecil. Udara
sekelilingnya yang tidak begitu dingin membeku pada Kristal tadi yang
membuat Kristal bertambah besar dan menjaid butiran salju. Bila terlalu
berat maka salju akan turun. Saat melewati udara hangat maka salju
tersebut mencair dan menjadi hujan namun pada musim dingin, salju jatuh
tanpa mencair.
Apabila suhu di atmosfer sangat dingin maka titik
air tersebut akan membeku dan berubah menjadi es. Itulah mengapa di
beberapa tempat yang bersuhu rendah sering terjadi hujan salju sedangkan
di Indonesia yang memiliki iklim tropis, hujan salju sulit terjadi.
Air
hujan berasal dari penguapan air laut sebanyak 97%. Meskipun air laut
merupakan air asin namun ketika sudah menjadi hujan akan menjadi air
tawar. Ini diakibatkan salah satu hukum fisika yang menjelaskan dari
manapun asal air yang menguap ketika sudah melalui awan maka kandungan
lainnya akan hilang. Diketahui bahwa garam dan mineral memiliki berat
jenis yang berbeda dengan air maka ketika air berubah menjadi
titik-titik kecil maka kandungan garam, mineral dan lainnya akan luruh
dengan sendirinya
Proses
kondensasi awan akibat berkumpulnya titik-titik air dibantu oleh udara
yang bergerak ke atas serta mengalami proses pendinginan adiabatic
sehingga kelembapan nisbi (RH)nya bertambah. Kondensasi sendiri baru
dimulai pada inti kondensasi yang aktif dan lebih besar. apabila RH
mencapai 78
Tidak ada komentar:
Posting Komentar