Minggu, 08 Maret 2015

Mengapa Babi Dilarang?

Dalam QS. Al-Baqarah [2] ayat 173 dikatakan :
image
Artinya :
173. Sesungguhnya Allah mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dalam ayat tersebut jelas bahwa umat Islam dilarang makan babi, bangkai, darah, dan binatang-binatang lain yang tidak disembelih atas nama Allah, kecuali dalam keadaan amat sangat terpaksa. Kenapa ?. Disinilah letak kuasa Allah. Segala apa yang diperintahkan atau diperbolehkan (halal) dan apa yang dilarangNya (haram) pasti berguna untuk manusia. Allah berfirman dalam QS. Shaad [38] ayat 29 :
image
Artinya :
029. Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa analisis kimia dari darah menunjukkan adanya kandungan yang tinggi dari uric acid (asam urat) yaitu suatu senyawa kimia yang bisa berbahaya bagi kesehatan manusia. Sementara dari ayat diatas jelas bahwa yang diharamkan antara lain ialah segala macam darah.
Dalam Islam juga diajarkan tentang prosedur khusus dalam penyembelihan hewan, seperti yang pernah diajarkan oleh Rasulullah saw. Cara penyembelihan hewan dalam Islam adalah ketika menyebut nama Allah SWT, penyembelih membuat irisan memotong urat nadi leher hewan, sembari membiarkan urat-urat dan organ-organ lainnya utuh. Tahukah anda apa hikmah dan maknanya? Dengan cara seperti itu, akan menyebabkan kematian hewan karena kehabisan darah dari tubuh, bukan karena cedera pada organ vitalnya. Sebab jika organ-organ, misalnya jantung, hati, atau otak rusak, hewan tersebut dapat meninggal seketika dan darahnya akan menggumpal dalam urat-uratnya dan akhirnya mencemari daging. Hal tersebut mengakibatkan daging hewan akan tercemar oleh uric acid, sehingga menjadikannya beracun. Hanya pada masa kinilah para ahli makanan baru menyadari akan hal ini. Lantas, mengapa mesti hewan yang ingin disembelih harus menyebut nama Allah (bismillah) ? Karena seluruh alam semesta dan isinya, termasuk binatang adalah ciptaan Allah. Allah yang menentukan mati dan hidupnya suatu makhluk. Jadi bila Anda ingin membunuh seekor hewan, maka tentu saja Anda harus minta izin terlebih dahulu kepada yang menciptakan hewan tersebut, yaitu Allah SWT. Hal ini bisa diibaratkan jika Anda meletakkan handphone milik Anda diatas meja, lalu teman Anda menggunakan ponsel tersebut tanpa sepengetahuan Anda, tentu Anda akan marah bukan ? Begitu juga dengan Allah, Allah tentu tidak suka bila Anda membunuh hewan yang diciptakan-Nya tanpa izin dariNya, sebab seluruh alam semesta dan isinya termasuk hewan adalah milik-Nya dan kepada-Nyalah semua akan berpulang (kembali). Allah berfirman :
image
Artinya :
062. Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. 063. Kepunyaan-Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi. Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi. (Az-Zumar [39] : 62-63)
image
Artinya :
011. Allah menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan) nya kembali; kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (Ar-Ruum [30] : 11)
image
Artinya :
004. Hanya kepadaNyalah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar daripada Allah, sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar Dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil. Dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka. (Yunus [10] : 4)
image
Artinya :
057. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. (Al-‘Ankabuut [29] : 57)
image
Artinya :
034. Katakanlah: "Apakah di antara sekutu-sekutumu ada yang dapat memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali?" katakanlah: "Allah-lah yang memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali; maka bagaimanakah kamu dipalingkan (kepada menyembah yang selain Allah)?" (Yunus [10] : 34)
image
Artinya :
042. Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan kepada Allah-lah kembali. (An-Nuur [24] : 42)
image
Artinya :
043. Sesungguhnya Kami menghidupkan dan mematikan dan hanya kepada Kami-lah tempat kembali (semua makhluk). (Qaaf [50] : 43)
Lalu, bagaimana caranya meminta izin untuk menyembelih hewan? Ya itu tadi, dengan menyebut “bismillah” (Dengan Nama Allah).
Selanjutnya, mengapa Islam melarang umatnya mengkonsumsi daging babi, atau ham, atau makanan lainnya yang terkait dengan babi ?. Apakah pelarangan itu semata-mata karena babi kotor ? Ternyata tidak hanya itu. Karena kalau kita teliti lebih lanjut lagi, ternyata babi tidak dapat disembelih di leher karena mereka tidak memiliki leher sesuai dengan anatomi alamiahnya. Kalau babi memang harus disembelih dan layak bagi konsumsi manusia, tentu Sang Pencipta akan merancang hewan dengan memiliki leher. Jadi sangat sulit sekali untuk menyembelih babi sebagaimana layaknya umat Muslim menyembelih hewan di lehernya yang memung-kinkan semua darah keluar dengan sempurna. Namun diluar itu semua, ada efek-efek berbahaya dari mengkonsumsi babi dalam bentuk apapun, baik itu pork chops, ham, atau bacon. Ilmu kedokteran mengetahui bahwa ada resiko besar atas banyak macam penyakit yang dapat dikandung babi. Babi diketahui sebagai inang dari banyak macam parasit dan penyakit berbahaya, termasuk sebagai inang berkembangnya virus H5N1, virus flu burung yang sangat berbahaya, serta tentu saja virus flu babi yang sangat heboh belakangan ini. Informasi lanjut yang berkenaan dengan kandungan uric acid dalam darah sangat penting untuk diperhatikan yaitu bahwa sistem biokimia babi mengeluarkan hanya 2% dari seluruh kandungan uric acidnya, sedangkan 98% sisanya tersimpan dalam tubuhnya. Jadi, memang babi sangat berbahaya untuk dikonsumsi manusia.

Beberapa waktu yang lampau, sebuah harian Cina yang tersebar luas, Yan Syu Tan, menurunkan sebuah artikel singkat tentang daging babi, antara lain dituliskan: “Di tepi kematian hidup ketakutan dalam hati babi, dan berpulang napas terakhirnya dalam kantong empedunya. Hampir semua daging boleh dimakan, kecuali daging babi!”.
Tulisan ini mengisyaratkan bahwa napas terakhir babi masuk ke dalam kantong empedu dan hatinya. Sudah tentu pendapat itu tidak dapat diterima oleh orang pada zamannya, terlebih penulis artikel tsb bukan seorang dokter. Namun kesimpulan yang diberikan si penulis artikel tentu mempunyai alasan yang kuat.
Tokoh lain yang menulis tentang daging babi adalah Tuan San Sie Mau. Ia seorang dokter terbesar pada zamannya dan dari keluarga yang berkuasa. Malah ia pernah dicalonkan untuk menjabat sebagai PM (Perdana Menteri), akan tetapi ia menolak. Ia hidup lebih dari 100 tahun. Ia pernah menulis sebuah buku yang berjudul ‘Catatan Kesehatan’. Dalam buku tsb, ia berkata : “Sesungguhnya daging babi itu dapat membuat penyakit lama kambuh kembali; malah ia juga bisa menimbulkan kemandulan dan mengaktifkan penyakit asma serta rematik”. Ternyata dokter modern dewasa ini menyatakan kebenaran atas apa yang ditulis oleh dokter itu.
Ada pula seorang tabib lain yang berasal dari keluarga penguasa yang lain di negeri Cina. Dokter itu bernama Lie Syan Tsyin. Ia pernah menulis sebuah buku yang berjudul ‘Ramuan Kedokteran’, yang merupakan buku kedokteran yang paling tersohor di Cina. Buku tsb terdiri dari 50 jilid. Ia menghabiskan usianya dalam mempelajari ilmu kedokteran. Pendapatnya mengenai daging babi adalah sbb: “Sesungguhnya daging babi itu mempunyai bau yang tidak bisa diterima. Pada waktu dimasak, ia memberikan kuah yang mamusat sekali, dan ia memberikan pengaruh-pengaruh beracun pada tubuh manusia”.
Seorang dokter modern yang bernama Syu Han Yu telah menyimpulkan dalam bukunya yang berjudul ‘Permasalahan Makan Daging Babi’, bahwa “makan daging babi menyebabkan kelemahan daya ingatan dan merontokkan rambut”. Ternyata ilmu modern menyatakan bahwa makan daging babi merupakan salah satu penyebab kebotakan dan lemahnya daya ingatan pada anak-anak dan orang tua.
Dr. Gilen Shifred telah menulis di harian Washington Post pada tgl 31 Mei 1952 dalam artikelnya yang berjudul ‘Bahaya Yang Ditimbulkan Karena Makan Daging Babi’, bahwa :
“Di Amerika Serikat, dari 6 orang yang makan daging babi, terdapat seorang yang terkena serangan cacing spiral akibat penularan karena makan daging babi. Dan, banyak diantara mereka yang tidak merasakan gejala datangnya penyakit itu. Akan tetapi mereka yang terserang penyakit itu digerogoti dengan lambat sekali. Sebagian diantara mereka meninggal dunia dan sebagian lainnya terkena cacat seumur hidup. Semuanya itu diakibatkan karena makan daging babi. Tampaknya belum ada seorangpun yang mempunyai kekebalan terhadap penyakit itu, baik dengan menggunakan pengobatan yang vital melalui proses kimia, melalui pemberian serum atau penyuntikan lainnya yang mampu menumpas kantong-kantong cacing yang mematikan yang seperti parasit itu. Pencegahan yang sebaik-baiknya dari penyakit itu hanyalah dengan menghentikan makan daging babi. Itulah satu-satunya pencegahan yang tepat untuk menghindari dari serangan penyakit itu.”
Mengenai daging babi ini, ada suatu kisah menarik yang patut pula untuk disimak. Dalam suatu pertempuran, banyak pasukan Eropa yang menderita luka-luka. Mereka dimasukkan ke dalam rumah sakit-rumah sakit, dan dilakukan pengobatan serta pengoperasian terhadap mereka. Ternyata luka-luka yang diderita tentara yang berasal dari Turki sembuh lebih cepat dibandingkan rekan-rekannya dari pasukan Jerman yang tinggal berbulan-bulan di rumah sakit sambil menunggu kesehatannya pulih kembali.
Ada yang bertanya kepada salah seorang dokter yang merawat mereka : “Apa yang menyebabkan terjadinya perbedaan yang mencolok antara kedua pasukan tsb?”. Dokter itu menjawab dengan singkat : “Karena pasukan Jerman sudah makan daging babi!”. Sebenarnya para penderita yang terkena bisul-bisul dan luka-luka sulit disembuhkan, dan menurunnya kesehatan mereka sulit dihindari, kalau mereka masih memakan daging babi. Karena itulah para dokter melarang makan daging, terutama makan daging babi kepada pasien seperti itu.
Sesungguhnya Allah telah mengharamkan memakan daging babi kepada semua orang pada waktu mereka dalam keadaan sehat, sebelum menjadi mangsa penyakit. Akan tetapi para dokter itu baru melarangnya sesudah manusia jatuh sakit; karena dokter-dokter tsb telah mendapat bukti yang kuat. Maka jelaslah ilmu Allah lebih luas daripada para dokter itu! Lalu mengapa kita tidak patuh kepada-Nya?.
Kalau kita mengambil 3 potong daging yang dipotong tipis panjang dari ketiga jenis daging hewan, yakni : babi, kambing, dan sapi yang usianya sama, lalu kita jemur di panas hari, apa yang terjadi ? Daging babi akan segera rusak terlebih dahulu, lalu disusul oleh daging kambing, kemudian daging sapi. Namun meskipun daging sapi juga kering tetapi tidak rusak, malah akan menjadi makanan lain yang lezat, yang disebut dendeng.
Kalau kita memasak ketiga potong daging segar tsb, maka daging yang paling lama masak ialah daging babi, meskipun dimasak pada suhu tinggi dan dalam waktu yang lama, tidak seorangpun yang berani menjamin bahwa daging itu bersih dari kuman yang mengandung penyakit.
Mantan menteri perdagangan Italia, Evan Lambardo, telah memberikan komentar tentang menurunnya tingkat konsumsi daging babi. Katanya: “Perdagangan babi di Italia menurun tajam hingga sekitar 25% dibandingkan dengan 25 tahun lalu. Karena kaum wanita berpendapat, untuk bisa memelihara kecantikan dan kelangsingan tubuhnya, mereka harus menghentikan kebiasaan makan daging babi”.
Hasil penelitian ilmu kedokteran menunjukkan bahwa daging kambing dan sapi tinggal selama 3 jam dalam perut besar untuk dicernakan. Daging babi memerlukan waktu lebih lama, yaitu 4 jam.
Daging babi mengandung racun yang secara lambat akan membahayakan manusia. Daging babi tidak mengandung nilai zat makanan yang berarti seperti halnya daging-daging lainnya, sebaliknya ia dapat menimbulkan penyakit kronis. Mungkin ada orang yang berkata, bahwa bangsa Cina sejak beberapa generasi yang tidak terhitung, telah memakan daging babi. Malah daging itu dipandang sebagai makanan nasional Cina. Kenyataannya jumlah bangsa Cina meningkat secara luar biasa. Apakah manusia sebanyak itu akan menjadi pemakan tumbuh-tumbuhan, karena agama mengharamkan kepada mereka makan daging babi?.
Tampaknya, alasan tsb muncul karena lemahnya kecenderungan atau semangat agama. Perlu diketahui bahwa 80% dari penduduk Cina adalah petani. Mereka biasa makan daging babi sebanyak tiga kali dalam setahun, yaitu pada awal tahun, bulan kelima, dan bulan kedelapan. Juga para petani pada zaman dahulu, memakan lebih dari 24 pon daging babi dalam setahun, tetapi kini mereka makan kurang dari 12 pon dalam setahun. Fakta membuktikan bahwa daging babilah yang mengakibatkan sebagian besar penyakit muncul di negeri Cina.
Sebenarnya makanan utama mereka, baik yang hidup di kota kecil maupun besar, terdiri dari makanan yang disebut toqo, suatu bubur bercampur kacang ful kering. Ada suatu fenomena yang terkenal disana, yaitu bahwa kaum muslimin di Cina dibandingkan dengan yang non muslim, rata-rata lebih tinggi sekitar 5 cm, dan lebih sehat. Kaum muslimin tsb tidak banyak menderita penyakit bawasir, seperti yang banyak menyerang bangsa Cina lainnya. Hal itu karena mereka tidak ikut memakan makanan yang biasa dimakan bangsa Cina lainnya, terutama daging babi.
Ilmu kedokteran modern melarang orang untuk memakan daging babi, karena penyakit yang ditimbulkannya sangat berbahaya. Hal ini disebabkan oleh karena babi itu sangat kotor dan senang makan yang kotor-kotor. Di tubuhnya cacing pita dengan telur-telurnya sangat subur berkembang biak. Tidak itu saja, cacing lainpun juga berkembang biak dengan pesat ditubuhnya, yang oleh para dokter dinamakan cacing rambut spiral. Ia masuk ke dalam tubuh babi yang suka makan bangkai tikus.
Selain itu, daging babi termasuk daging yang paling susah dicerna, karena banyak mengandung lemak dalam sela-sela ototnya [lihat tabel dibawah]. Ia meletihkan perut besar orang yang memakannya. Orang yang memakan daging babi itu akan merasakan tubuhnya menjadi berat dan qalbunya tidak stabil. Jika setelah makan daging itu ia muntah, hal itu baik sekali dan cukup mampu menolongnya agar tidak terkena penyakit-penyakit itu.
image
(Tabel : Persentase kandungan lemak daging babi, sapi, dan kambing) [Sumber : Islam Mengupas Babi by Sulaiman Qaush]
Ada orang yang berpendapat bahwa jika babi dipelihara di kandang yang modern dan diberi makan yang bersih, niscaya dagingnya akan bersih dan boleh dimakan. Pendapat tsb memiliki kelemahan. Walaupun, kepada babi diberi makanan yang bersih, watak babi tak berubah sedikitpun, karena ia tetap saja babi. Ia bukan tumbuh-tumbuhan yang mudah diubah tabiatnya dengan cara mengenten atau mencangkok. Babi, walaupun ditempatkan di kandang yang bersih dan diberi makan yang istimewa, akhirnya akan memakan kotorannya juga. Ia memang binatang yang jorok, cenderung pada makanan dan lingkungan yang jorok.
Ada pula orang yang mengatakan, dengan cara memasak yang modern, cacing-cacing dalam babi tidak berbahaya lagi; karena pemanasan dengan suhu tinggi yang dimiliki oleh alat masak modern bisa menjamin matinya kuman-kuman penyakit dalam tubuh babi. Mereka lupa bahwa ilmu mereka membutuhkan puluhan abad lamanya untuk menemukan sebuah kuman penyakit saja, belum lagi untuk menumpasnya. Lalu, siapa yang menjamin bahwa daging babi yang sudah dipanaskan dengan pemanasan yang tinggi itu, sudah benar-benar steril dari kuman-kuman penyakit yang belum mereka temukan? Bukankah akan lebih baik kalau kita percaya dan taat kepada syariat yang mendahului ilmu manusia ribuan abad lamanya? Karena perintah itu datangnya dari Allah, Tuhan Yang Maha Tahu. Dan Allah tidak akan pernah mencelakakan hambaNya yang mentaati segala perintah dan laranganNya. Manusia, bagaimanapun cerdasnya, selalu memiliki keterbatasan dalam menilai dan melihat sesuatu, sedangkan Allah sama sekali tidak memiliki kelemahan. Dialah satu-satunya Dzat Yang Maha Sempurna.
Sesungguhnya tanpa kita sadari, diri kita sudah termakan oleh rayuan setan yang menyesatkan bila kita tidak mentaati perintah Allah, sebagaimana yang tergambar dalam firmanNya berikut ini :
image
Artinya :
168. Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS Al-Baqarah [2]:168)
Ayat diatas bermakna bahwa memakan makanan yang tidak halal (haram) adalah suatu perbuatan yang mengikuti langkah setan. Sedangkan sebagaimana kita ketahui bahwa setan sering membujuk manusia untuk melakukan tindakan yang selalu merugikan diri manusia itu sendiri.
Lalu, bagaimana misalnya kalau kita tidak sengaja makan babi dalam suatu perjamuan yang diadakan oleh orang non Muslim yang tidak mengetahui tentang terlarangnya makan babi bagi umat Islam atau kita terjebak dalam suatu hutan belantara dalam keadaan kelaparan luar biasa sementara yang terlihat di sana sini hanya babi ? Disinilah bijaksananya Allah. Kalau Anda dalam keadaan tidak sengaja atau sangat terpaksa seperti kejadian tadi, maka Anda diperbolehkan memakan babi tersebut (dengan tidak melampaui batas). Yah tentunya sebelum membunuh dan memakan babi itu, Anda harus mengucapkan “bismillah”, agar Anda senantiasa selalu mendapat berkat dan perlindungan-Nya.
Sebenarnya Alkitab pernah memuat ayat-ayat yang mengharamkan untuk makan babi, seperti yang tercantum dalam :
a. Al-Kitab 1928 Ulangan 14:8 yang berbunyi : “Dan lagi babi, karena soenggoehpon koekoenja terbelah doewa, tetapi tiada ija memamah bijak, maka haramlah ija kapadamoe, djanganlah kamoe makan dagingnja dan djangan mendjamah bangkainja.”
b. Al-Kitab 1928 Imamat 11:7 yang berbunyi : “Dan lagi babi , karena soenggoehpon koekoenja terbelah doewa, ija-itoe bersiratan koekoenja, tetapi tiada ija memamah bijak, maka haramlah ija kapadamoe.”
c. Al-Kitab 1991 dan 2001 Imamat 11:7 : “Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu.”
d. Al-Kitab 1991 dan 2001 Ulangan 14:8 : “Juga babi hutan, karena memang berkuku belah, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu. Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan janganlah kamu terkena bangkainya.”
e. Bible pada Leviticus bab 11 ayat 8, dikatakan : "Dari daging mereka (dari "swine", nama lain buat "babi") janganlah kalian makan, dan dari bangkai mereka, janganlah kalian sentuh; mereka itu kotor buatmu."
Dari ayat-ayat Alkitab tersebut diatas timbul pertanyaan, mengapa banyak dari umat Kristiani saat ini “seenaknya saja” makan babi ?. Apakah umat Kristiani betul-betul sudah merasa bahwa segala dosa yang dilakukannya termasuk makan babi akan ditebus oleh Yesus Kristus sang juru selamat ?.
Silakan Anda jawab sendiri !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar