Rabu, 04 Maret 2015

Kesusastraan Indonesia

Indonesia dalam perjalanan sejarahnya telah banyak melahirkan penulis, penyair dan sastrawan yang tidak hanya dikenal di Indonesia tetapi juga di dunia internasional. Sejak sebelum kemerdekaan, aliran sastra dalam dunia kepenulisan telah berkembang begitu pesatnya. Para penulis yang dikategorikan ke dalam angkatan balai pustaka dianggap sebagai penulis sekaligus sastrawan terbaik pada masa sebelum kemerdekaan. Pasca kemerdekaan, Indonesia rasanya tak pernah habis melahirkan penulis, sebut saja Pramoedya Ananta Toer yang mengambil aliran realis-sosialis. Tetralogi Buru yang ditulisnya saat mendekam di Pulau Buru telah mengantarkan namanya ke kancah internasional, bahkan sempat dicalonkan sebagai peraih nobel dalam bidang sastra. Namanya layak disanding dengan sastrawan dunia seperti Leo Tolstoy dan Ernest Hemingway.

Kesusastraan Indonesia Pra-Kemerdekaan
Para penulis sekaligus penyair pada masa sebelum kemerdekaan disebut pujangga lama. Pengklasifikasian semacam ini berdasarkan periode sejarah sastra indonesia yang lahir sebelum abad 20. Pada masa ini karya satra di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara, budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. Hamzah Fansuri adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama. Dari istana Kesultanan Aceh pada abad XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang paling terkemuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri.1
Karya Sastra Pujangga Lama di antaranya adalah:2
Bidang Sejarah :   Sejarah Melayu (Malay Annals)
Hikayat :
* Hikayat Abdullah
* Hikayat Aceh
* Hikayat Amir Hamzah
* Hikayat Andaken Penurat
* Hikayat Bayan Budiman
* Hikayat Djahidin
* Hikayat Hang Tuah
* Hikayat Iskandar Zulkarnain
* Hikayat Kadirun
* Hikayat Kalila dan Damina
* Hikayat Masydulhak
* Hikayat Pandawa Jaya
* Hikayat Pandja Tanderan
* Hikayat Putri Djohar Manikam
* Hikayat Sri Rama
* Hikayat Tjendera Hasan
* Tsahibul Hikayat

Syair :
* Syair Bidasari
* Syair Ken Tambuhan
* Syair Raja Mambang Jauhari
* Syair Raja Siak

Kitab Agama
* Syarab al-‘Asyiqin (Minuman Para Pecinta) oleh Hamzah Fansuri
* Asrar al-‘Arifin (Rahasia-rahasia para Gnostik) oleh Hamzah Fansuri
* Nur ad-Daqa’iq (Cahaya pada kehalusan-kehalusan) oleh Syamsuddin Pasai
* Bustan as-Salatin (Taman raja-raja) oleh Nuruddin ar-Raniri

Masa berikutnya adalah masa angkatan balai pustaka. Pada periode ini banyak karya sastra yang diterbitkan oleh penerbit Balai Pustaka. Karya sastra pada periode ini dipenuhi dengan roman, novel, cerita pendek dan puisi yang mulai menggantikan kedudukan syair dan hikayat dari pujangga lama.

Penulis dan Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka:3
* Merari Siregar
* Azab dan Sengsara(1920)
* Binasa kerna Gadis Priangan(1931)
* Cinta dan Hawa Nafsu
* Marah Roesli
* Siti Nurbaya(1922)
* La Hami (1924)
* Anak dan Kemenakan(1956)
* Muhammad Yamin
* Tanah Air(1922)
* Indonesia, Tumpah Darahku (1928)
* Kalau Dewi Tara Sudah Berkata
* Ken Arok dan Ken Dedes (1934)
* Nur Sutan Iskandar
Apa Dayaku karena Aku Seorang Perempuan (1923)
* Cinta yang Membawa Maut(1926)
* Salah Pilih(1928)
* Karena Mentua(1932)
* Tuba Dibalas dengan Susu(1933)
* Hulubalang Raja (1934)
* Katak Hendak Menjadi Lembu (1935)
* Tulis Sutan Sati
* Tak Disangka(1923)
* Sengsara Membawa Nikmat (1928)
* Tak Membalas Guna(1932)
* Memutuskan Pertalian(1932)
* Djamaluddin Adinegoro
* Darah Muda (1927)
* Asmara Jaya(1928)
* Abas Soetan Pamoentjak
* Pertemuan(1927
* Abdul Muis
* Salah Asuhan (1928)
* Pertemuan Djodoh(1933)
* Aman Datuk Madjoindo
* Menebus Dosa(1932)
* Si Cebol Rindukan Bulan(1934)
* Sampaikan Salamku Kepadanya (1935)

Kesusastraan Indonesia Pasca Kemerdekaan

Pasca kemerdekaan, sastra Indonesia berkembang begitu pesatnya. Di tahun 50-an diwarnai dengan karya cerita pendek dan kumpulan puisi. Terbitnya majalah sastra Kisah besutan H.B. Jassin ikut menyemarakkan dunia kepenulisan masa itu. Namun pada periode ini muncul gerakan komunis di kalangan sastrawan. Ciri khasnya dengan mengusung konsep realisme-sosialis, yang beberapa karya para sastrawan dari kalangan ini sempat dilarang perederannya pada masa orde baru.

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1950 – 1960-an antara lain adalah:
* Pramoedya Ananta Toer
o Kranji dan Bekasi Jatuh (1947)
o Bukan Pasar Malam (1951)
o Di Tepi Kali Bekasi (1951)
o Keluarga Gerilya (1951)
o Mereka yang Dilumpuhkan (1951)
o Perburuan (1950)
o Cerita dari Blora (1952)
o Gadis Pantai (1965)
o Tetralogi Buru
* Nh. Dini
o Dua Dunia (1950)
o Hati jang Damai (1960)
* Sitor Situmorang
o Dalam Sadjak (1950)
o Djalan Mutiara: kumpulan tiga sandiwara (1954)
o Pertempuran dan Saldju di Paris (1956)
o Surat Kertas Hidjau: kumpulan sadjak (1953)
o Wadjah Tak Bernama: kumpulan sadjak (1955)
* Mochtar Lubis
o Tak Ada Esok (1950)
o Jalan Tak Ada Ujung (1952)
o Tanah Gersang (1964)
o Si Djamal (1964)
* Marius Ramis Dayoh
o Putra Budiman (1951)
o Pahlawan Minahasa (1957)
* Ajip Rosidi
o Tahun-tahun Kematian (1955)
o Ditengah Keluarga (1956)
o Sebuah Rumah Buat Hari Tua (1957)
o Cari Muatan (1959)
o Pertemuan Kembali (1961)
* Ali Akbar Navis
o Robohnya Surau Kami – 8 cerita pendek pilihan (1955)
o Bianglala – kumpulan cerita pendek (1963)
o Hujan Panas (1964)
o Kemarau (1967)
* Toto Sudarto Bachtiar
o Etsa sajak-sajak (1956)
o Suara – kumpulan sajak 1950-1955 (1958)
* Ramadhan K.H
o Priangan si Jelita (1956)
* W.S. Rendra
o Balada Orang-orang Tercinta (1957)
o Empat Kumpulan Sajak (1961)
o Ia Sudah Bertualang (1963)
* Subagio Sastrowardojo
o Simphoni (1957)
* Nugroho Notosusanto
o Hujan Kepagian (1958)
o Rasa Sajangé (1961)
o Tiga Kota (1959)
* Trisnojuwono
o Angin Laut (1958)
o Dimedan Perang (1962)
o Laki-laki dan Mesiu (1951)
* Toha Mochtar
o Pulang (1958)
o Gugurnya Komandan Gerilya (1962)
o Daerah Tak Bertuan (1963)
* Purnawan Tjondronagaro
o Mendarat Kembali (1962)
* Bokor Hutasuhut
o Datang Malam (1963)

Kemudian muncul angkatan 1966 – 1970 yang ditandai dengan munculnya majalah Horison (majalah sastra) yang dipimpin oleh Mochtar Lubis. Pada masa inilah muncul sastrawan kawakan Taufik Ismail. Karya-karya Taufik Ismail yang penuh dengan nuansa religius terus bisa dinikmati hingga saat ini. Hingga pada tahun 2000 beberapa sastrawan muda Indonesia terus melahirkan banyak karya sastra. Sebut saja seperti Andrea Hirata yang begitu apik memotret kehidupan sosial ke dalam karya sastra. Tetralogi Laskar Pelangi saat ini telah berhasil menarik perhatian dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar