Kisah si Sapi Betina (Mengungkap Misteri Terbunuhnya Lelaki Bani Israil)
Pada zaman Nabi Musa ‘Alaihissalam,
hiduplah seorang lelaki yang berasal dari Bani Israil, seorang konglomerat yang
kekayaanya sungguh sangat luar biasa. Dia memiliki harta berlimpah. Apa saja
dia miliki--rumah yang megah bak istana raja, kendaraan berlapis emas,
pakaian yang dia kenakan semua berbahan sutra termasuk berbagai perhiasan dari
permata, emas dan perak--, kecuali keturunan. Sebab, sampai akhir
hayatnya dia belum juga memiliki seorang putra, sebagai pewaris kekayaannya
yang berlimpah itu.
Meski memiliki kekayaan, ia merasakan
hidupnya hampa. Sebab, dia tak bisa membagi kesenangan dengan anak-anaknya. Ia
tinggal ditemani seorang keponakannya yang tamak dan suka berfoya-foya.
Pada suatu hari, masyarakat di sekitar
tempat tinggalnya dibuat gempar karena mendapati lelaki saudagar itu telah
terbujur menjadi mayat di dalam rumahnya. Tak ada seorangpun yang mengetahui
apa penyebab kematiannya. Akan tetapi, warga yang menemukan mayatnya curiga,
karena ada bekas pukulan benda keras dan sayatan benda tajam di tubuh lelaki
itu. Mereka yakin, lelaki itu telah dibunuh.
“Tapi siapa pembunuhnya dan apa
motifnya,” tanya seorang warga kepada yang lainnya. Semuanya menggeleng, dengan
seribu tanda tanya di balik kematian lelaki itu. Sementara sang keponakan juga
tidak diketahui rimbanya.
Setelah warga berembuk, salah satu warga
mengusulkan agar peristiwa tersebut dilaporkan kepada Nabi Musa ‘alaihissalam,
untuk meminta pendapatnya mengenai peristiwa pembunuhan itu.
Mereka pun akhirnya mendatangi Nabi Musa
dengan pertanyaan yang sama, apa kira-kira penyebab kematian lelaki konglomerat
itu? Jika dia dibunuh, kira-kira siapa gerangan yang tega membunuhnya dengan
keji.
Terjadilah dialog sebagaimana diceritakan
dalam Al Qur’an Surah al Baqarah (2: 67-73):
“Apakah
penyebab kematian saudagar itu?” tanya mereka dengan penuh harap.
“Menurut
wahyu yang aku terima, Allah SWT menyuruh kalian agar segera menyembelih seekor
sapi betina,” jawab Nabi Musa, yang membuat warga Bani Israil itu keheranan.
Sebab, jawaban itu semakin membuat mereka bingung.
“Kita tanya apa
penyebab kematian lelaki itu, masa kita disuruh menyembelih sapi betina,” gumam
salah seorang diantara mereka. “Ini kan aneh,” ujar yang lain menimpali. Karena
masih penasaran mereka mempertanyakan hal yang sama kepada Nabi Musa.
“Wahai
Musa, kami hanya ingin tahu penyebab kematian konglomerat itu, mengapa kami
disuruh menyembelih sapi betina?” tanya mereka dengan sengit. “Apa kamu
menganggap kami ini bodoh?” ujar yang lain dengan nada gusar. “Kamu
mengolok-olok kami ya?” sambung yang lain dengan nada geram.
“Maaf,
bukan itu yang saya maksud. Saya berlindung kepada Allah, agar tidak termasuk
orang-orang yang bodoh dan suka mengolok-olok,” ujar Musa menjelaskan.
“Hmmmm....heran,
tapi begini saja wahai Musa. Apakah kamu bisa menjelaskan, apa yang kamu maksud
dengan sapi betina dan mengapa kami harus menyembelihnya?” ucap Bani Israil
makin penasaran.
“Berdasarkan
wahyu dari Tuhanku, sapi betina yang aku maksud adalah sapi betina yang tidak
berumur tua, tapi juga tidak terlalu muda. Ya, umur sapi betina itu di antara
itu. Tua tidak, muda pun tidak,” tegas Musa seraya meminta mereka untuk
secepatnya menyembelih sapi dimaksud jika ingin mengetahui jawaban siapa pelaku
sebenarnya di balik tewasnya si konglomerat itu. Warga semakin penasaran.
Soalnya, muncul saling curiga di antara mereka.
“Tapi, apa
warna sapi betinanya?” tanya mereka.
“Menurut
wahyu yang aku terima, sapi betina yang dimaksud adalah sapi berwarna kuning
tua, yang menarik kalau orang melihatnya,” imbuh Musa lagi mengutif firman
Allah yang baru diterimanya.
“Waduh,
kami semakin bingung. Sebenarnya sapi betina yang bagaimana sih yang dimaksud Tuhanmu,” tanya warga
lagi.
“Sapi
betina yang belum pernah digunakan untuk membajak sawah, digunakan untuk
pengairan, tidak cacat dan tidak pula memiliki belang,” jawab Musa dengan
bijaksana, karena dia memahami bahwa warga dari suku bangsa Bani Israil memang
suka mempersulit hal-hal yang sebenarnya mudah dipahami.
“Ooooooooohhh.....itu
ya yang dimaksud sapi betina itu,” ucap warga ketus.
Akhirnya, mereka
pun segera menyembelih sapi betina sesuai penjelasan Nabi Musa. Setelah itu,
potongan sapi betina itu dipukulkan ke tubuh mayat lelaki konglomerat tadi
sesuai petunjuk Nabi Musa. Dan, Subhanallah...., dengan ijin Allah SWT tubuh
itu hidup kembali dan menjelaskan bahwa yang telah membunuhnya adalah
keponakannya sendiri, dengan maksud menguasai seluruh harta kekayaannya.
Menurut riwayat, setelah menjelaskan
siapa gerangan pelaku yang membunuh dirinya, lelaki tersebut kembali roboh dan
meninggal untuk selamanya. Peristiwa menghidupkan kembali seseorang yang telah
menjadi mayat, juga dikenal sebagai salah satu mukjizat Nabi Musa
‘alaihissalam.
Berdasarkan cerita ini, ada beberapa
hikmah yang bisa dipetik, yaitu: Pertama,
bahwa dengan segala kekuasaan-Nya, Allah SWT dapat menghidupkan dan mematikan
makhluknya, kapanpun dan dimanapun. Kedua,
kaum Bani Israil atau bangsa Israil seperti yang kita kenal sekarang,
adalah suku bangsa yang suka mempersulit hal-hal yang sebenarnya gampang
dipahami. Ketiga, bahwa tidak ada
satupun rahasia hidup manusia yang tidak diketahui Allah, karena Allah SWT
adalah Maha Mengetahui segala sesuatu. Dan, yang terakhir, adalah bahwa untuk
menghindari perselisihan dan keributan dalam menyelesaikan suatu persoalan,
hendaklah meminta pendapat kepada para pemuka agama, atau tokoh yang dipanuti
di lingkungannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar