Teori atom mengalami perkembangan mulai
dari teori atom John Dalton, Joseph John Thomson, Ernest Rutherford, dan
Niels Henrik David Bohr. Perkembangan teori atom menunjukkan adanya
perubahan konsep susunan atom dan reaksi kimia antaratom.
Kelemahan model atom yang dikemukakan Rutherford disempurnakan oleh Niels Henrik David Bohr.
Bohr mengemukakan gagasannya tentang penggunaan tingkat energi elektron
pada struktur atom. Model ini kemudian dikenal dengan model atom
Rutherford-Bohr. Tingkat energy elektron digunakan untuk menerangkan
terjadinya spektrum atom yang dihasilkan oleh atom yang mengeluarkan
energi berupa radiasi cahaya.
Gambar : Spektrum emisi natrium dan hidrogen dalam daerah yang dapat dilihat dengan spektrum yang lengkap
Penjelasan mengenai radiasi cahaya juga telah dikemukakan oleh Max Planck pada tahun 1900. Ia mengemukakan teori kuantum yang
menyatakan bahwa atom dapat memancarkan atau menyerap energi hanya
dalam jumlah tertentu (kuanta). Jumlah energi yang dipancarkan atau
diserap dalam bentuk radiasi elektromagnetik disebut kuantum. Adapun besarnya kuantum dinyatakan dalam persamaan berikut:
Keterangan:
E = energi radiasi (Joule = J)
h = konstanta Planck (6,63 x 10-34 J.s)
c = cepat rambat cahaya di ruang hampa (3 x 108 ms-1)
l = panjang gelombang (m)
Dengan Teori Kuantum, kita dapat
mengetahui besarnya radiasi yang dipancarkan maupun yang diserap. Selain
itu, Teori Kuantum juga bisa digunakan untuk menjelaskan terjadinya
spektrum atom. Perhatikan spektrum atom hidrogen berikut.
Pada
Gambar di atas dapat dilihat bahwa percikan listrik masuk ke dalam
tabung gelas yang mengandung gas hidrogen. Sinar yang keluar dari atom H
(setelah melalui celah) masuk ke dalam prisma, sehingga sinar tersebut
terbagi menjadi beberapa sinar yang membentuk garis spektrum. Ketika
sinar itu ditangkap oleh layar, empat garis yang panjang gelombangnya
tertera pada layar adalah bagian yang dapat dilihat dari spektrum gas
hidrogen.
Salah
satu alasan atom hidrogen digunakan sebagai model atom Bohr adalah
karena hidrogen mempunyai struktur atom yang paling sederhana (satu
proton dan satu elektron) dan menghasilkan spektrum paling sederhana.
Model atom hidrogen ini disebut solar system (sistem
tata surya), di mana electron dalam atom mengelilingi inti pada suatu
orbit dengan bentuk, ukuran, dan energi yang tetap. Semakin besar ukuran
suatu orbit, semakin besar pula energi elektronnya. Keadaan ini
dipengaruhi oleh adanya gaya tarik-menarik antara proton dan elektron.
Dengan menggunakan model atom hidrogen, Bohr menemukan persamaan energi
elektron sebagai berikut.
Keterangan:
A = 2,18 x 10-18 J
N = bilangan bulat yang menunjukkan orbit elektron (1, 2, 3, …, 8)
{Tanda negatif menunjukkan orbit mempunyai energi paling rendah (harga n = 1) dan paling tinggi (harga n = 8)}.
Pada atom hidrogen, elektron berada pada
orbit energi terendah (n = 1). Jika atom bereaksi, elektron akan
bergerak menuju orbit dengan energy yang lebih tinggi (n = 2, 3, atau
4). Pada saat atom berada pada orbit dengan energi yang lebih tinggi,
atom mempunyai sifat tidak stabil yang menyebabkan
elektron jatuh ke orbit yang memiliki
energi lebih rendah. Perpindahan tersebut menjadikan electron mengubah
energinya dalam jumlah tertentu. Besar energi tersebut sama dengan
perbedaan energi antarkedua orbit yang dilepaskan dalam bentuk foton
dengan frekuensi tertentu.
Gambar : Perpindahan elektron dari satu tingkat energi ke tingkat energi lainnya
menyebabkan energi elektron berubah dalam jumlah tertentu.
Meskipun teori atom Niels Bohr mampu menerangkan spektrum gas hidrogen dan spektrum atom berelektron tunggal (seperti He+ dan Li2+),
tetapi tidak mampu menerangkan spektrum atom berelektron lebih dari
satu. Oleh karena itu, dibutuhkan penjelasan lebih lanjut mengenai gerak
partikel (atom). Pada tahun 1924, ahli fisika dari Perancis bernama Louis de Broglie
mengemukakan bahwa partikel juga bersifat sebagai gelombang. Dengan
demikian, partikel mempunyai panjang gelombang yang dinyatakan dengan
persamaan berikut.
Keterangan:
l = panjang gelombang (m)
h = tetapan Planck (6,63 10-34 J.s)
p = momentum (m2s-1)
m = massa partikel (kg)
v = kecepatan partikel (ms-1)
Berdasarkan persamaan de Broglie,
diketahui bahwa teori atom Bohr memiliki kelemahan. Kelemahan itu ada
pada pernyataan Bohr yang menyebutkan bahwa elektron bergerak
mengelilingi inti atom pada lintasan tertentu berbentuk lingkaran.
Padahal, elektron yang bergerak mengelilingi inti atom juga melakukan
gerak gelombang. Gelombang tersebut tidak bergerak sesuai garis, tetapi
menyebar pada suatu daerah tertentu.
Selanjutnya, pada tahun 1927, Werner H eisenberg menyatakan
bahwa kedudukan elektron tidak dapat diketahui dengan tepat. Oleh
karena itu, ia menganalisis kedudukan elektron (x) dengan momentum
electron (p) untuk mengetahui kedudukan elektron.
Hasil analisis Heisenberg, yaitu selalu
terdapat ketidakpastian dalam menentukan kedudukan elektron yang
dirumuskan sebagai hasil kali ketidakpastian kedudukan x dengan momentum p.
Satu hal yang perlu diingat adalah hasil kali keduanya harus sama atau
lebih besar dari tetapan Planck. Persamaan ini dikenal sebagai prinsip
ketidakpastian Heisenberg yang dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
Δx = ketidakpastian kedudukan
Δp = ketidakpastian momentum
h = tetapan Planck
Selain Werner Heisenberg, ada juga ilmuwan yang menunjukkan kelemahan teori atom Bohr. Pada tahun 1927, Erwin Schrodinger
menyempurnakan teori atom yang disampaikan oleh Bohr. Dari penyelidikan
terhadap gelombang atom hidrogen, Schrodinger menyatakan bahwa elektron
dapat dianggap sebagai gelombang materi dengan gerakan menyerupai
gerakan gelombang. Teori ini lebih dikenal dengan mekanika gelombang (mekanika kuantum).
Teori model atom Schrodinger memiliki
persamaan dengan model atom Bohr berkaitan dengan adanya tingkat energi
dalam atom. Perbedaannya yaitu model atom Bohr memiliki lintasan
elektron yang pasti. Sedangkan pada model atom Schrodinger, lintasan
elektronnya tidak pasti karena menyerupai gelombang yang memenuhi ruang
(tiga dimensi). Fungsi matematik untuk persamaan gelombang dinyatakan
sebagai fungsi gelombang [ dibaca psi (bahasa Yunani)] yang menunjukkan
bentuk dan ener gi gelombang elektron.
Berdasarkan teori yang disampaikan oleh
Schrodinger, diketahui bahwa elektron menempati lintasan yang tidak
pasti sehingga electron berada pada berbagai jarak dari inti atom dan
berbagai arah dalam ruang. Jadi, daerah pada inti atom dengan
kemungkinan terbesar ditemukannya elektron dikenal sebagai orbital.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar