Selain terkenal dengan kincir angin, tulip, dan bakiak atau kelompen
kayu, Negeri Belanda boleh dibilang identik dengan keju. Hidangan yang
berasal dari susu sapi ini disukai banyak kalangan karena rasanya dan
kandungan gizinya.
Sebagian besar tanah di Belanda berada di bawah permukaan laut. Hal
ini membuat iklim di negara itu sangat cocok untuk menghasilkan rumput
yang baik.
Dengan mengkonsumsi rumput yang berkualitas, sapi-sapi di negeri
kincir angin itu dapat memproduksi susu bermutu tinggi. Akibatnya keju
Belanda yang dibuat dari susu sapi tadi menjadi terkenal karena
kualitasnya.
Sebagai pecinta keju, dari dulu Saya penasaran untuk mencicipi keju
langsung dari tempatnya di Belanda. Karenanya, segera setelah
menginjakkan kaki di Amsterdam, ibukota Belanda, Saya tidak
menyia-nyiakan waktu untuk mencari info tempat berburu keju.
Menurut salah satu agen wisata di Amsterdam, saat musim panas seperti
sekarang ini adalah saat yang tepat untuk menuju kota Alkmaar. Disana
ada Hollands Kaasmuseum atau Museum Keju Belanda dan juga pasar tradisional keju.
Tapi pasar keju ini hanya buka pada hari Jumat minggu pertama bulan
April sampai September dari jam 10 pagi hingga 12.30. Menuju Alkmaar hanya memakan waktu sekitar 30 menit menggunakan kereta dari Amsterdam. Jumat pagi itu, jalan-jalan disekitar Hollands Kaasmuseum atau Museum Keju Belanda tadi sudah banyak dipenuhi wisatawan yang berlalu lalang dengan kamera mereka.
Sekitar jam 10 pagi, tepat di depan alun-alun Kaaasmuseum,
sekelompok orang terlihat mengangkut bongkahan keju berwarna oranye
dengan tandu. Mereka mengenakan kemeja berwarna putih dan topi berpita.
Keju-keju tadi mereka letakkan berjejer-jejer di tengah lapangan dan
kemudian ditimbang. Awalnya Saya kira keju-keju itulah yang akan dijual
untuk umum.
Nyatanya, tujuan utama pasar keju tradisional di Alkmaar bukan untuk
menjual keju. Tetapi untuk memperlihatkan perdagangan keju di masa lalu.
Atraksi yang Saya lihat pagi itu merupakan pertunjukan aktivitas jual
beli keju di masa lalu. Perdagangan keju di Alkmaar selalu dilakukan di
alun-alun depan Hollands Kaasmuseum sejak abad ke-16.
Penjualan keju di pasar tradisional yang berlangsung sejak dulu itu
memang sengaja untuk dilestarikan dan ditampilkan sebagai atraksi turis.
Dan pertunjukan ini terbuka gratis bagi umum.
Tapi kalau keju-keju tadi tidak untuk dijual, untuk apa jauh-jauh ke
Alkmaar?. Jangan khawatir… Meski keju di pasar tradisional tadi tidak
untuk dijual, pengunjung tetap bisa mencicipi beraneka keju dan membeli
keju di kios-kios yang terletak di sekitar alun-alun tadi.
Uniknya, para penjual di kios keju ini banyak yang mengenakan baju
tradisional Belanda, lengkap dengan kelompen kayunya. Ada beragam keju
yang dijual disana, mulai yang porsi mini dengan ukuran sekitar 2cm,
hingga yang berbentuk seperti bola. Rasanya pun macam-macam. Biasanya
sepotong keju dijual dengan harga 5 Euro.
Keju-keju ini ada yang dicampur dengan stoberi, jeruk, ikan, bahkan
yang dilapisi kulit daging seperti sosis. Keju berbentuk seperti sosis
ini yang jadi favorit Saya. Rasanya unik, seperti makan sosis tapi
isinya keju.
Asyiknya di pasar keju ini, pengunjung bisa mencicipi keju gratis
yang dijual di berbagai kios. Ternyata keju-keju yag dijual di Alkmaar
sebagian besar rasanya lebih manis, dibanding keju yang biasa dibeli
di Indonesia.
Menurut salah seorang pedagang disana, keluarganya sudah membuat dan
menjual keju secara turun temurun berdasarkan resep yang sudah berumur
ratusan tahun. Dulunya, keju-keju ini dibuat dengan tangan oleh para
istri petani di Alkmaar. Namun karena permintaan yang makin meningkat,
keju-keju Alkmaar diproduksi dengan skala lebih besar di pabrik keju.
Kalau sudah puas menyantap keju, pengunjung bisa masuk ke dalam
Museum Keju. Disana kita bisa melihat film tentang proses pembuatan dan
perdagangan keju dari masa ke masa. Berbagai alat tradisional untuk
membuat keju juga dipamerkan di dalam museum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar