Nova
Nova dalam bahasa latin artinya bintang baru. Ini merupakan sebuah
ledakan bintang yang terjadi akibat adanya interaksi dua sistem bintang
ganda. Dalam astronomi, bintang memiliki banyak tipe, salah satunya
adalah bintang ganda. Bintang ganda adalah dua buah bintang yang saling
berinteraksi karena adanya gravitasi dari kedua bintang. Kedua bintang
ini tidak bertubrukan dan tidak juga saling menjauh. Nova merupakan
ledakan bintang yang terjadi di katai putih dengan terang maksimum -1,1
magnitudo dan minimum hanya 10.5 magnitudo.
Teori menyatakan kalau peristiwa nova terjadi sebagai akibat dari
bintang yang kembali menyala setelah tidur panjang, Nova diperkirakan
terjadi di permukaan bintang katai putih yang berada di dalam sistem
bintang ganda berdekatan. Pasangannya adalah bintang raksasa merah yang
jejarinya mengembang sedemikian besar hingga terjadi aliran materi ke
katai putih pasangannya. Materi yang masih kaya hidrogen itu mencapai
permukaan katai putih yang sangat panas maka dipiculah sebuah ledakan di
permukaan bintang yang tiba-tiba cerlang. Itulah mengapapara astronom
jaman dahulu mengatakan bintang yang tiba-tiba cerlang disebut bintang
baru.
Ini proses terjadinya nova.
Nova terakhir yang dapat diamati manusia di bumi adalah nova delphini yang terjadi di konstelasi (rasi bintang) Delphinus
Supernova
Jika ditilik dari namanya, supernova merupakan peristiwa ledakan
bintang yang terjadi lebih besar dari nova. Apakah proses terjadinya
supernova sama dengan nova? Jawabnya bisa iya, bisa tidak. Loh?
Supernova milyaran kali lebih terang dari nova dan dikenal sebagai
salah stau cara bintang mengakhiri hidupnya. Peningkatan kuat cahayanya
kira-kira 8 kali lebih besar dari nova. Supernova sebagai peristiwa
ledakan bintang memiliki 2 tipe yang salah satunya mirip nova yang
melibatkan bintang katai putih. Kecerlangan supernova bisa 8 magnitudo
lebih besar dari nova. Kedua tipe supernova itu adalah:
Tipe Ia : Ledakan yang terjadi pada sistem bintang ganda dimana
bintang katai putih mengakresi materi dari bintang pasangannya. Para
astronom sendiri masih memperdebatkan bintang pasangan seperti apa dari
katai putih yang bisa menciptakan ledakan bintang tipe Ia. Tapi,
berdasarkan teori, bintang pasangannya ini bisa memberi massa yang cukup
besar bagi bintang katai putih sehingga inti bintang katai putih
mencapai kerapatan kritisnya. Akibatnya terjadi pembakaran karbon dan
oksigen yang tidak terkontrol sehingga memicu bintang meledak.
Tipe II : Supernova tipe II merupakan ledakan yang terjadi di akhir
kehidupan bintang masif (5 – 10 massa Matahari), ketika bintang
kehabisan bahan bakar untuk melakukan pembakaran di inti bintang. Jika
inti bintang cukup masif maka akan terjadi keruntuhan inti bintang yang
memicu terjadinya ledakan supernova. Super nova tipe ini memungkinkan
terbentuknya lubang hitam.
Hipernova
Apa itu hipernova? Hipernova adalah peristiwa ledakan bintang yang
terjadi ratusan kali lebih cerlang dibandingkan supernova. Wow!
Menurut situs langitselatan.com
hipernova mengacu pada kerutuhan inti bintang masif yang massanya lebih
dari 30 massa Matahari dan ada teori yang menyatakan lebih dari 100
massa Matahari. Ledakan bintang masif tersebut akan langsung
dikelompokkan sebagai hipernova tanpa melihat apakah kecerlangannya
lebih cerlang dari supernova pada umumnya atau tidak. Meskipun dalam
kenyataan, ketika hipernova terjadi kecerlangannya lebih cerlang dari
supernova dan menghasilkan energi 100 kali lebih besar dari supernova.
Teori hipernova mengemukakan beberapa kemungkinan. Yang pertama,
hipernova merupakan ledakan bintang yang sangat masif yang berputar
sangat cepat dan memiliki medan magnet yang juga sangat besar.
Penjelasan lain menyatakan hipernova terjadi katika salah satu bintang
dalam bintang ganda bertabrakan dan bergabung dengan bintang
pasangannya.
Meskipun belum dapat dipastikan proses mana yang tepat namun yang
bisa dipastikan, yang bisa diketahui hanyalah terbentuknya lubang hitam
dan pelepasan energi dalam jumlah besar dalam bentuk sinar gamma.
Sinar gamma merupakan bentuk cahaya yang sangat energetik aka kuat
yang memiliki energi 10000 – 10 juta lebih banyak dari cahaya yang
dilihat mata. Karena itu hipernova saat ini diasosiasikan dengan
gamma-ray burst (GRB) yang memancarkan radiasi elektromagnetik sangat
kuat dengan total energi jauh lebih besar dari supernova. GRB durasi
panjang memiliki jet atau ledakan dasyat yang melesat ke angkasa, dari
kutub piringan akresi sementara yang terbentuk di sekeliling lubang
hitam di jantung inti bintang yang runtuh. GRB durasi pendek yang juga
menciptakan jet diyakini merupakan hasil gabungan dua bintang netron
atau bergabungnya bintang netron dan lubang hitam. Secara intrinsik GRB
ini jauh lebih cerlang dari supernova.
Secara singkat, hipernova yang juga disebut collapsar merupakan ledakan sinar gamma yang sangat cerlang yang terjadi dari keruntuhan inti bintang yang sangat masif.
Hipernova sendiri sudah ditemukan jejaknya yakni pada MF83 dan
NGC5471B, yang berada di galaksi spiral M101. Selain itu jejak hipernova
juga ditemukan pada tahun 2002 di M74 ketika salah satu bintang masif
meledak. Ledakan sinar gamma. GRB 030329, yang dilihat pada tahun 2003
juga diketahui memiliki spektrum yang cocok dengan ciri-ciri hipernova.
GRB yang terjadi pada jarak 2.6 milyar tahun cahaya tersebut terjadi di
area Rasi Leo dan diamati oleh High Energy Transient Explorer (HETE-II)
milik NASA.
Salah satu bintang yang diduga akan berakhir sebagai hipernova di masa depan adalah bintang Eta Carina di rasi Carina.
Lubang Hitam
Setiap objek yang punya massa di alam semesta akan punya sebuah besaran bernama kecepatan lepas (escape velocity).
Kecepatan lepas adalah kecepatan sebuah objek agar bisa lolos dari
tarikan gravitasi sebuah objek. Sebagai contoh, kecepatan lepas dari
permukaan Bumi adalah sekitar 40.000 km/jam. Artinya, apabila kita ingin
lolos dari tarikan gravitasi Bumi, maka dari permukaan tanah kita harus
mampu meloncat dengan kecepatan sebesar 40.000 km/jam.
Bagaimana apabila kecepatan lepas sebuah objek mencapai atau bahkan
melebihi kecepatan cahaya? Objek seperti inilah yang kita namakan lubang
hitam. Medan gravitasi objek seperti ini sangat ekstrim sehingga untuk
bisa lepas dari tarikan gravitasinya kita membutuhkan kecepatan cahaya
atau bahkan lebih besar dari kecepatan cahaya untuk bisa keluar dari
sana. Karena tidak ada objek yang dapat bergerak melebihi kecepatan
cahaya, maka praktis tidak ada partikel apapun yang bisa lolos dari
lubang hitam kalau sudah memasuki jarak tertentu dari lubang hitam.
Andaikan kita punya objek dengan massa M, maka kita bisa menghitung
jari-jari sebuah bola yang mengungkung massa M tersebut, agar objek
tersebut menjadi lubang hitam. Jari-jari ini kita namakan Radius
Schwarzschild (yap, cobalah mengucapkan nama ini dalam percobaan
pertama), dinamakan menurut fisikawan asal Jerman, Karl Schwarzschild.
Dengan demikian, kita juga dapat mendefinisikan lubang hitam sebagai
sebuah objek bermassa M yang seluruh massa objek tersebut berada di
dalam radius Schwarzschild-nya.
Berapa radius Schwarzschild Bumi, apabila kita ingin mengubah Bumi
menjadi sebuah lubang hitam? Kita dapat menghitung bahwa seluruh massa
Bumi (Massa Bumi = 5.97 x 1024 kg) harus dipadatkan menjadi
bola dengan jari-jari 9 milimeter saja. Ini adalah jari-jari yang hanya
sebesar kelereng. Kecil sekali, namun mengandung seluruh massa Bumi.
Apabila misalnya kita ingin menjadikan Matahari sebuah lubang hitam, maka seluruh massa Matahari (Massa Matahari = 2 x 1030
kg) harus dipadatkan ke dalam bola dengan jari-jari 3 kilometer saja.
Bola dengan garis tengah 6 kilometer ini, apabila titik pusatnya kita
tempatkan di tengah-tengah Lapangan Monas di Jakarta, maka akan mencakup
daerah dari Jalan Mangga Besar hingga Taman Suropati. Tidak terlalu
besar, namun di dalamnya seluruh massa Matahari. Bayangkan.
Apa yang terjadi apabila sebuah objek berada di sekitar sebuah lubang
hitam? Jawabannya adalah: tergantung pada jarak objek tersebut dari
lubang hitam. Kita mengamati adanya bintang-bintang yang mengorbit
lubang hitam supermasif yang berada di pusat Galaksi kita, dan kita
mengamati pula banyak sistem ganda di mana satu pasangannya adalah
sebuah lubang hitam dan yang satu lagi adalah bintang normal. Orbit
objek-objek ini stabil meskipun mereka mengorbit lubang hitam. Artinya,
apabila kita berada pada jarak yang aman maka kita dapat mengorbit
sebuah lubang hitam sebagaimana kita mengorbit objek-objek normal
lainnya. Jarak aman di mana kita masih dapat mengorbit lubang hitam
dalam orbit berbentuk lingkaran adalah 1.5 kali radius Schwarzschild
lubang hitam tersebut. Namun, apabila kita berada pada jarak yang sangat
dekat dari lubang hitam tersebut, maka kita akan bergerak dalam orbit
berbentuk spiral mendekati lubang hitam tersebut, hingga kita mencapai
radius Schwarzschild lubang hitam tersebut. Radius Schwarzschild sering
disebut juga sebagai “batasan di mana tidak ada jalan untuk kembali”
karena pada radius ini, kecepatan lepas akan sama dengan kecepatan
cahaya sehingga semua yang masuk akan terperangkap. Batasan tersebut
disebut juga sebagai horison peristiwa (atau event horizon dalam Bahasa Inggris) yang berada pada permukaan bola yang jari-jarinya sama dengan radius Schwarzschild.
Dengan demikian Matahari dan Bumi kita tidak akan terpengaruh sama
sekali dengan keberadaan lubang supermasif di pusat Galaksi kita.
Apabila seandainya Matahari tiba-tiba berubah menjadi lubang hitam tanpa
ada perubahan massa (Matahari tidak akan bisa menjadi lubang hitam
karena massa Matahari masih terlalu kecil. Dalam proses evolusinya
Matahari akan berubah menjadi bintang katai putih), apa yang akan
terjadi pada orbit Bumi? Jawabannya: Orbit Bumi tidak akan berubah sama
sekali karena massa Matahari tidak berubah. Kita aan tetap melenggang
kangkung mengorbit Matahari. Memang suasana akan lebih gelap karena
sinar Matahari sudah tidak ada lagi tapi paling tidak kita masih
mengorbit Matahari.
Apabila seorang astronot dikirim dari kapsulnya untuk mendekati horison peristiwa (event horizon)
yang melingkupi sebuah lubang hitam, maka ia akan mulai dipercepat
bergerak menuju ke arah horison peristiwa tersebut. Semakin mendekati
horison peristiwa, semakin kecil kemungkinan ia dapat lolos dari lubang
hitam. Saat ketika ia memasuki horison peristiwa adalah saat ketika ia
tidak dapat lagi kembali. Ada dua efek yang terjadi pada kita dalam
perjalanan menuju horison peristiwa ini. Efek pertama adalah terjadinya
perubahan jalannya waktu yang dialami si astronot dengan kapsul induknya
yang berada jauh dari lubang hitam. Andaikan si astronot kita bekali
lampu senter dan kita suruh ia menyinari kapsul induknya dengan seberkas
sinar lampu senter setiap satu detik sekali. Kita lalu mengamati dengan
aman dari kapsul kita. Semakin si astronot mendekati horison peristiwa,
kita mengamati bahwa jeda waktu kita menerima berkas sinar semakin lama
dari satu detik, padahal astronot kita terus-menerus menyorotkan sinar
lampu setiap satu detik sekali. Sinar lampu senter juga semakin lama
semakin kemerahan dan meredup. Pada akhirnya kita tak lagi dapat
mengamati berkas sinar dari astronot tersebut. Hal ini karena medan
gravitasi yang dilewati astronot kita semakin kuat dan oleh karena itu
mendistorsikan kurva ruang-waktu. Distorsi ruang-waktu pada daerah di
sekitar horison peristiwa akan membuat jalannya waktu yang diamati si
astronot akan berbeda dengan yang kita amati. Ketika sudah mencapai
horison peristiwa, seberkas sinar yang dipancarkan dari titik itu akan
membutuh waktu tak hingga untuk mencapai kita, dan oleh karena itu tak
lagi dapat kita amati. Namun, bagi si astronot waktu akan tetap berjalan
seperti biasa…
Efek kedua yang akan dialami si astronot malang kita terjadi karena
gaya gravitasi yang mempengaruhi demikian kuatnya, sehingga gaya
gravitasi yang ia alami di kaki akan jauh lebih besar daripada yang
dialami kepalanya. Akibatnya tubuh si astronot akan memanjang akibat
efek ini dan semakin mendekati lubang hitam, efek ini akan semakin
menguat hingga akhirnya… yah astronot malang kita akan terobek oleh
gravitasi yang demikian hebatnya. Di mana persisnya proses
“spagetifikasi” (atau biasa juga disebut efek bakmi) ini bergantung pada
massa dari lubang hitam itu sendiri. Pada lubang hitam supermasif, kita
dapat memasuki horison peristiwa tanpa mengalami proses spagetifikasi
dan akan mengalaminya kemudian saat sudah berada di dalam horison
peristiwa. Pada lubang hitam yang lebih kecil, efek bakmi sudah terasa
bahkan sebelum kita memasuki horison peristiwa.
Begitu kita masuk ke dalam horison peristiwa, materi penyusun tubuh
kita akan menyatu dengan seluruh massa lubang hitam. Dengan demikian,
objek apapun yang masuk ke dalam horison peristiwa akan menyatu dengan
lubang hitam dan demikian massanya total lubang hitam tersebut akan
bertambah.
Bagaimana lubang hitam bisa terbentuk? Lubang hitam seukuran bintang
terbentuk ketika sebuah bintang masif (masif di sini maksudnya ia punya
massa 25 kali massa Matahari kita atau lebih). Ketika bintang tersebut
kehabisan bahan bakar untuk menahan tarikan gravitasinya sendiri, maka
bintang masif tersebut akan runtuh ke arah pusatnya. Sebagian dari
materi bintang yang tidak ikut membentuk materi bintang akan terlontar
kembali ke ruang angkasa dalam wujud ledakan bintang yang dinamakan
supernova. Pada akhirnya, lubang hitam yang terbentuk akan memiliki
massa beberapa kali massa Matahari kita.
Selain itu kita juga mengenal lubang hitam supermasif. Dari namanya
kita bisa mengetahui kalau lubang hitam yang satu ini sangat masif,
punya gaya gravitasi yang sangat kuat, dan biasanya hidup di pusat
galaksi. Bagaimana sebuah lubang hitam supermasif bisa terbentuk?
Berbeda dengan lubang hitam yang massanya kecil, pembentukan dan evolusi
lubang hitam supermasif masih menjadi misteri yang terus dicari
jawabannya.
Ada beberapa teori yang dikembangkan untuk menjelaskan pembentukan
lubang hitam supermasif. Salah satunya adalah bahwa lubang hitam
supermasif terbentuk dari lubang hitam generasi awal yang kemudian
bertumbuh menjadi besar setelah melahap bintang dan gas yang ada di
sekelilingnya. Perlu diingat, persediaan materi di daerah pusat galaksi
sangatlah banyak sehingga dapat membantu pertumbuhan lubang hitam yang
terbentuk tersebut. Skenario lainnya, lubang hitam supermasif juga bisa
terbentuk dari penggabungan lubang hitam yang menjadi inti
galaksi-galaksi kecil saat galaksi-galaksi tersebut saling bertabrakan.
Hal ini jamak terjadi di masa lalu alam semesta ketika ukuran alam
semesta lebih kecil dari sekarang dan interaksi antargalaksi lebih
sering terjadi.
Bagaimana kita mengamati keberadaan lubang hitam? Secara definisi
lubang hitam tidak memancarkan sinar apa-apa, dan oleh karena seharusnya
tidak bisa diamati. Akan tetapi, sebuah lubang hitam juga memiliki gaya
gravitasi dan oleh karena itu ia dapat berinteraksi dengan objek-objek
di sekitarnya. Astronom banyak mengamati suatu sistem bintang di mana
sebuah bintang nampak mengorbit suatu pasangan yang tak terlihat. Bisa
jadi ini adalah sebuah lubang hitam, namun bisa jadi pula ini adalah
sebuah bintang yang terlalu redup untuk dapat diamati. Di antara
sistem-sistem ini, ada juga sistem yang diamati memancarkan radiasi
sinar-X, misalnya adalah sistem yang dinamakan Cygnus X-1.
Penjelasan terbaik bagi sistem seperti ini adalah: Materi dari bintang
yang nampak sedang ditarik oleh pasangan tak nampak. Materi yang jatuh
ke pasangan tak nampak itu kemudian bergerak mendekati dalam orbit
spiral, semakin mendekat semakin cepat ia bergerak dan akhirnya menjadi
panas dan memancarkan sinar-X. Agar mekanisme ini dapat bekerja, ukuran
bintang tak nampak ini harus sangat kecil, paling tidak seukuran bintang
katai, bintang neutron, atau sebuah lubang hitam. Dari gerak orbit
bintang anggota sistem Cygnus X-1 yang tampak, dapat dihitung bahwa
massa pasangannya paling tidak adalah 6 kali massa Matahari kita. Massa
ini tentunya lebih besar daripada massa maksimal sebuah bintang katai
maupun bintang neutron. Oleh karena itu kemungkinan besar Cygnus X-1
adalah sebuah sistem bintang yang beranggotakan sebuah lubang hitam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar