Dalam QS. Al-Baqarah [2] ayat 173 dikatakan :
Artinya :
173.
Sesungguhnya Allah mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan
binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi
barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa
baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dalam
ayat tersebut jelas bahwa umat Islam dilarang makan babi, bangkai,
darah, dan binatang-binatang lain yang tidak disembelih atas nama Allah,
kecuali dalam keadaan amat sangat terpaksa. Kenapa ?. Disinilah letak
kuasa Allah. Segala apa yang diperintahkan atau diperbolehkan (halal) dan apa yang dilarangNya (haram) pasti berguna untuk manusia. Allah berfirman dalam QS. Shaad [38] ayat 29 :
Artinya :
029.
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah
supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran
orang-orang yang mempunyai pikiran.
Dari hasil penelitian
diketahui bahwa analisis kimia dari darah menunjukkan adanya kandungan
yang tinggi dari uric acid (asam urat) yaitu suatu senyawa kimia yang
bisa berbahaya bagi kesehatan manusia. Sementara dari ayat diatas jelas
bahwa yang diharamkan antara lain ialah segala macam darah.
Dalam
Islam juga diajarkan tentang prosedur khusus dalam penyembelihan hewan,
seperti yang pernah diajarkan oleh Rasulullah saw. Cara penyembelihan
hewan dalam Islam adalah ketika menyebut nama Allah SWT, penyembelih
membuat irisan memotong urat nadi leher hewan, sembari membiarkan
urat-urat dan organ-organ lainnya utuh. Tahukah anda apa hikmah dan
maknanya? Dengan cara seperti itu, akan menyebabkan kematian hewan
karena kehabisan darah dari tubuh, bukan karena cedera pada organ
vitalnya. Sebab jika organ-organ, misalnya jantung, hati, atau otak
rusak, hewan tersebut dapat meninggal seketika dan darahnya akan
menggumpal dalam urat-uratnya dan akhirnya mencemari daging. Hal
tersebut mengakibatkan daging hewan akan tercemar oleh uric acid,
sehingga menjadikannya beracun. Hanya pada masa kinilah para ahli
makanan baru menyadari akan hal ini. Lantas, mengapa mesti hewan yang
ingin disembelih harus menyebut nama Allah (bismillah) ? Karena
seluruh alam semesta dan isinya, termasuk binatang adalah ciptaan Allah.
Allah yang menentukan mati dan hidupnya suatu makhluk. Jadi bila Anda
ingin membunuh seekor hewan, maka tentu saja Anda harus minta izin
terlebih dahulu kepada yang menciptakan hewan tersebut, yaitu Allah SWT.
Hal ini bisa diibaratkan jika Anda meletakkan handphone milik Anda
diatas meja, lalu teman Anda menggunakan ponsel tersebut tanpa
sepengetahuan Anda, tentu Anda akan marah bukan ? Begitu juga dengan
Allah, Allah tentu tidak suka bila Anda membunuh hewan yang
diciptakan-Nya tanpa izin dariNya, sebab seluruh alam semesta dan isinya
termasuk hewan adalah milik-Nya dan kepada-Nyalah semua akan berpulang
(kembali). Allah berfirman :
Artinya :
062.
Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.
063. Kepunyaan-Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi. Dan
orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, mereka itulah
orang-orang yang merugi. (Az-Zumar [39] : 62-63)
Artinya :
011.
Allah menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan
(menghidupkan) nya kembali; kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (Ar-Ruum [30] : 11)
Artinya :
004.
Hanya kepadaNyalah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar
daripada Allah, sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada
permulaannya kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah
berbangkit), agar Dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman
dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil. Dan untuk orang-orang
kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang pedih disebabkan
kekafiran mereka. (Yunus [10] : 4)
Artinya :
057. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. (Al-‘Ankabuut [29] : 57)
Artinya :
034.
Katakanlah: "Apakah di antara sekutu-sekutumu ada yang dapat memulai
penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali?"
katakanlah: "Allah-lah yang memulai penciptaan makhluk, kemudian
mengulanginya (menghidupkannya) kembali; maka bagaimanakah kamu
dipalingkan (kepada menyembah yang selain Allah)?" (Yunus [10] : 34)
Artinya :
042. Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan kepada Allah-lah kembali. (An-Nuur [24] : 42)
Artinya :
043. Sesungguhnya Kami menghidupkan dan mematikan dan hanya kepada Kami-lah tempat kembali (semua makhluk). (Qaaf [50] : 43)
Lalu, bagaimana caranya meminta izin untuk menyembelih hewan? Ya itu tadi, dengan menyebut “bismillah” (Dengan Nama Allah).
Selanjutnya,
mengapa Islam melarang umatnya mengkonsumsi daging babi, atau ham, atau
makanan lainnya yang terkait dengan babi ?. Apakah pelarangan itu
semata-mata karena babi kotor ? Ternyata tidak hanya itu. Karena kalau
kita teliti lebih lanjut lagi, ternyata babi tidak dapat disembelih di
leher karena mereka tidak memiliki leher sesuai dengan anatomi
alamiahnya. Kalau babi memang harus disembelih dan layak bagi konsumsi
manusia, tentu Sang Pencipta akan merancang hewan dengan memiliki leher.
Jadi sangat sulit sekali untuk menyembelih babi sebagaimana layaknya
umat Muslim menyembelih hewan di lehernya yang memung-kinkan semua darah
keluar dengan sempurna. Namun diluar itu semua, ada efek-efek berbahaya
dari mengkonsumsi babi dalam bentuk apapun, baik itu pork chops, ham,
atau bacon. Ilmu kedokteran mengetahui bahwa ada resiko besar atas
banyak macam penyakit yang dapat dikandung babi. Babi diketahui sebagai
inang dari banyak macam parasit dan penyakit berbahaya, termasuk sebagai
inang berkembangnya virus H5N1, virus flu burung yang sangat berbahaya,
serta tentu saja virus flu babi yang sangat heboh belakangan ini.
Informasi lanjut yang berkenaan dengan kandungan uric acid dalam darah
sangat penting untuk diperhatikan yaitu bahwa sistem biokimia babi
mengeluarkan hanya 2% dari seluruh kandungan uric acidnya, sedangkan 98%
sisanya tersimpan dalam tubuhnya. Jadi, memang babi sangat berbahaya
untuk dikonsumsi manusia.
Beberapa waktu yang lampau, sebuah harian Cina yang tersebar luas, Yan Syu Tan,
menurunkan sebuah artikel singkat tentang daging babi, antara lain
dituliskan: “Di tepi kematian hidup ketakutan dalam hati babi, dan
berpulang napas terakhirnya dalam kantong empedunya. Hampir semua daging
boleh dimakan, kecuali daging babi!”.
Tulisan ini
mengisyaratkan bahwa napas terakhir babi masuk ke dalam kantong empedu
dan hatinya. Sudah tentu pendapat itu tidak dapat diterima oleh orang
pada zamannya, terlebih penulis artikel tsb bukan seorang dokter. Namun
kesimpulan yang diberikan si penulis artikel tentu mempunyai alasan yang
kuat.
Tokoh lain yang menulis tentang daging babi adalah Tuan
San Sie Mau. Ia seorang dokter terbesar pada zamannya dan dari keluarga
yang berkuasa. Malah ia pernah dicalonkan untuk menjabat sebagai PM
(Perdana Menteri), akan tetapi ia menolak. Ia hidup lebih dari 100
tahun. Ia pernah menulis sebuah buku yang berjudul ‘Catatan Kesehatan’.
Dalam buku tsb, ia berkata : “Sesungguhnya daging babi itu dapat membuat
penyakit lama kambuh kembali; malah ia juga bisa menimbulkan kemandulan
dan mengaktifkan penyakit asma serta rematik”. Ternyata dokter modern
dewasa ini menyatakan kebenaran atas apa yang ditulis oleh dokter itu.
Ada
pula seorang tabib lain yang berasal dari keluarga penguasa yang lain
di negeri Cina. Dokter itu bernama Lie Syan Tsyin. Ia pernah menulis
sebuah buku yang berjudul ‘Ramuan Kedokteran’, yang merupakan buku
kedokteran yang paling tersohor di Cina. Buku tsb terdiri dari 50 jilid.
Ia menghabiskan usianya dalam mempelajari ilmu kedokteran. Pendapatnya
mengenai daging babi adalah sbb: “Sesungguhnya daging babi itu mempunyai
bau yang tidak bisa diterima. Pada waktu dimasak, ia memberikan kuah
yang mamusat sekali, dan ia memberikan pengaruh-pengaruh beracun pada
tubuh manusia”.
Seorang dokter modern yang bernama Syu Han Yu
telah menyimpulkan dalam bukunya yang berjudul ‘Permasalahan Makan
Daging Babi’, bahwa “makan daging babi menyebabkan kelemahan daya
ingatan dan merontokkan rambut”. Ternyata ilmu modern menyatakan bahwa
makan daging babi merupakan salah satu penyebab kebotakan dan lemahnya
daya ingatan pada anak-anak dan orang tua.
Dr. Gilen Shifred
telah menulis di harian Washington Post pada tgl 31 Mei 1952 dalam
artikelnya yang berjudul ‘Bahaya Yang Ditimbulkan Karena Makan Daging
Babi’, bahwa :
“Di Amerika Serikat, dari 6 orang yang makan
daging babi, terdapat seorang yang terkena serangan cacing spiral akibat
penularan karena makan daging babi. Dan, banyak diantara mereka yang
tidak merasakan gejala datangnya penyakit itu. Akan tetapi mereka yang
terserang penyakit itu digerogoti dengan lambat sekali. Sebagian
diantara mereka meninggal dunia dan sebagian lainnya terkena cacat
seumur hidup. Semuanya itu diakibatkan karena makan daging babi.
Tampaknya belum ada seorangpun yang mempunyai kekebalan terhadap
penyakit itu, baik dengan menggunakan pengobatan yang vital melalui
proses kimia, melalui pemberian serum atau penyuntikan lainnya yang
mampu menumpas kantong-kantong cacing yang mematikan yang seperti
parasit itu. Pencegahan yang sebaik-baiknya dari penyakit itu hanyalah
dengan menghentikan makan daging babi. Itulah satu-satunya pencegahan
yang tepat untuk menghindari dari serangan penyakit itu.”
Mengenai
daging babi ini, ada suatu kisah menarik yang patut pula untuk disimak.
Dalam suatu pertempuran, banyak pasukan Eropa yang menderita luka-luka.
Mereka dimasukkan ke dalam rumah sakit-rumah sakit, dan dilakukan
pengobatan serta pengoperasian terhadap mereka. Ternyata luka-luka yang
diderita tentara yang berasal dari Turki sembuh lebih cepat dibandingkan
rekan-rekannya dari pasukan Jerman yang tinggal berbulan-bulan di rumah
sakit sambil menunggu kesehatannya pulih kembali.
Ada yang
bertanya kepada salah seorang dokter yang merawat mereka : “Apa yang
menyebabkan terjadinya perbedaan yang mencolok antara kedua pasukan
tsb?”. Dokter itu menjawab dengan singkat : “Karena pasukan Jerman sudah
makan daging babi!”. Sebenarnya para penderita yang terkena bisul-bisul
dan luka-luka sulit disembuhkan, dan menurunnya kesehatan mereka sulit
dihindari, kalau mereka masih memakan daging babi. Karena itulah para
dokter melarang makan daging, terutama makan daging babi kepada pasien
seperti itu.
Sesungguhnya Allah telah mengharamkan memakan
daging babi kepada semua orang pada waktu mereka dalam keadaan sehat,
sebelum menjadi mangsa penyakit. Akan tetapi para dokter itu baru
melarangnya sesudah manusia jatuh sakit; karena dokter-dokter tsb telah
mendapat bukti yang kuat. Maka jelaslah ilmu Allah lebih luas daripada
para dokter itu! Lalu mengapa kita tidak patuh kepada-Nya?.
Kalau
kita mengambil 3 potong daging yang dipotong tipis panjang dari ketiga
jenis daging hewan, yakni : babi, kambing, dan sapi yang usianya sama,
lalu kita jemur di panas hari, apa yang terjadi ? Daging babi akan
segera rusak terlebih dahulu, lalu disusul oleh daging kambing, kemudian
daging sapi. Namun meskipun daging sapi juga kering tetapi tidak rusak,
malah akan menjadi makanan lain yang lezat, yang disebut dendeng.
Kalau
kita memasak ketiga potong daging segar tsb, maka daging yang paling
lama masak ialah daging babi, meskipun dimasak pada suhu tinggi dan
dalam waktu yang lama, tidak seorangpun yang berani menjamin bahwa
daging itu bersih dari kuman yang mengandung penyakit.
Mantan
menteri perdagangan Italia, Evan Lambardo, telah memberikan komentar
tentang menurunnya tingkat konsumsi daging babi. Katanya: “Perdagangan
babi di Italia menurun tajam hingga sekitar 25% dibandingkan dengan 25
tahun lalu. Karena kaum wanita berpendapat, untuk bisa memelihara
kecantikan dan kelangsingan tubuhnya, mereka harus menghentikan
kebiasaan makan daging babi”.
Hasil penelitian ilmu kedokteran
menunjukkan bahwa daging kambing dan sapi tinggal selama 3 jam dalam
perut besar untuk dicernakan. Daging babi memerlukan waktu lebih lama,
yaitu 4 jam.
Daging babi mengandung racun yang secara lambat
akan membahayakan manusia. Daging babi tidak mengandung nilai zat
makanan yang berarti seperti halnya daging-daging lainnya, sebaliknya ia
dapat menimbulkan penyakit kronis. Mungkin ada orang yang berkata,
bahwa bangsa Cina sejak beberapa generasi yang tidak terhitung, telah
memakan daging babi. Malah daging itu dipandang sebagai makanan nasional
Cina. Kenyataannya jumlah bangsa Cina meningkat secara luar biasa.
Apakah manusia sebanyak itu akan menjadi pemakan tumbuh-tumbuhan, karena
agama mengharamkan kepada mereka makan daging babi?.
Tampaknya,
alasan tsb muncul karena lemahnya kecenderungan atau semangat agama.
Perlu diketahui bahwa 80% dari penduduk Cina adalah petani. Mereka biasa
makan daging babi sebanyak tiga kali dalam setahun, yaitu pada awal
tahun, bulan kelima, dan bulan kedelapan. Juga para petani pada zaman
dahulu, memakan lebih dari 24 pon daging babi dalam setahun, tetapi kini
mereka makan kurang dari 12 pon dalam setahun. Fakta membuktikan bahwa
daging babilah yang mengakibatkan sebagian besar penyakit muncul di
negeri Cina.
Sebenarnya makanan utama mereka, baik yang hidup di kota kecil maupun besar, terdiri dari makanan yang disebut toqo,
suatu bubur bercampur kacang ful kering. Ada suatu fenomena yang
terkenal disana, yaitu bahwa kaum muslimin di Cina dibandingkan dengan
yang non muslim, rata-rata lebih tinggi sekitar 5 cm, dan lebih sehat.
Kaum muslimin tsb tidak banyak menderita penyakit bawasir, seperti yang
banyak menyerang bangsa Cina lainnya. Hal itu karena mereka tidak ikut
memakan makanan yang biasa dimakan bangsa Cina lainnya, terutama daging
babi.
Ilmu kedokteran modern melarang orang untuk memakan daging
babi, karena penyakit yang ditimbulkannya sangat berbahaya. Hal ini
disebabkan oleh karena babi itu sangat kotor dan senang makan yang
kotor-kotor. Di tubuhnya cacing pita dengan telur-telurnya sangat subur
berkembang biak. Tidak itu saja, cacing lainpun juga berkembang biak
dengan pesat ditubuhnya, yang oleh para dokter dinamakan cacing rambut
spiral. Ia masuk ke dalam tubuh babi yang suka makan bangkai tikus.
Selain
itu, daging babi termasuk daging yang paling susah dicerna, karena
banyak mengandung lemak dalam sela-sela ototnya [lihat tabel dibawah].
Ia meletihkan perut besar orang yang memakannya. Orang yang memakan
daging babi itu akan merasakan tubuhnya menjadi berat dan qalbunya tidak
stabil. Jika setelah makan daging itu ia muntah, hal itu baik sekali
dan cukup mampu menolongnya agar tidak terkena penyakit-penyakit itu.
(Tabel : Persentase kandungan lemak daging babi, sapi, dan kambing) [Sumber : Islam Mengupas Babi by Sulaiman Qaush]
Ada
orang yang berpendapat bahwa jika babi dipelihara di kandang yang
modern dan diberi makan yang bersih, niscaya dagingnya akan bersih dan
boleh dimakan. Pendapat tsb memiliki kelemahan. Walaupun, kepada babi
diberi makanan yang bersih, watak babi tak berubah sedikitpun, karena ia
tetap saja babi. Ia bukan tumbuh-tumbuhan yang mudah diubah tabiatnya
dengan cara mengenten atau mencangkok. Babi, walaupun ditempatkan di
kandang yang bersih dan diberi makan yang istimewa, akhirnya akan
memakan kotorannya juga. Ia memang binatang yang jorok, cenderung pada
makanan dan lingkungan yang jorok.
Ada pula orang yang
mengatakan, dengan cara memasak yang modern, cacing-cacing dalam babi
tidak berbahaya lagi; karena pemanasan dengan suhu tinggi yang dimiliki
oleh alat masak modern bisa menjamin matinya kuman-kuman penyakit dalam
tubuh babi. Mereka lupa bahwa ilmu mereka membutuhkan puluhan abad
lamanya untuk menemukan sebuah kuman penyakit saja, belum lagi untuk
menumpasnya. Lalu, siapa yang menjamin bahwa daging babi yang sudah
dipanaskan dengan pemanasan yang tinggi itu, sudah benar-benar steril
dari kuman-kuman penyakit yang belum mereka temukan? Bukankah akan lebih
baik kalau kita percaya dan taat kepada syariat yang mendahului ilmu
manusia ribuan abad lamanya? Karena perintah itu datangnya dari Allah,
Tuhan Yang Maha Tahu. Dan Allah tidak akan pernah mencelakakan hambaNya
yang mentaati segala perintah dan laranganNya. Manusia, bagaimanapun
cerdasnya, selalu memiliki keterbatasan dalam menilai dan melihat
sesuatu, sedangkan Allah sama sekali tidak memiliki kelemahan. Dialah
satu-satunya Dzat Yang Maha Sempurna.
Sesungguhnya tanpa kita
sadari, diri kita sudah termakan oleh rayuan setan yang menyesatkan bila
kita tidak mentaati perintah Allah, sebagaimana yang tergambar dalam
firmanNya berikut ini :
Artinya :
168.
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan;
karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS Al-Baqarah [2]:168)
Ayat
diatas bermakna bahwa memakan makanan yang tidak halal (haram) adalah
suatu perbuatan yang mengikuti langkah setan. Sedangkan sebagaimana kita
ketahui bahwa setan sering membujuk manusia untuk melakukan tindakan
yang selalu merugikan diri manusia itu sendiri.
Lalu, bagaimana
misalnya kalau kita tidak sengaja makan babi dalam suatu perjamuan yang
diadakan oleh orang non Muslim yang tidak mengetahui tentang
terlarangnya makan babi bagi umat Islam atau kita terjebak dalam suatu
hutan belantara dalam keadaan kelaparan luar biasa sementara yang
terlihat di sana sini hanya babi ? Disinilah bijaksananya Allah. Kalau
Anda dalam keadaan tidak sengaja atau sangat terpaksa seperti kejadian
tadi, maka Anda diperbolehkan memakan babi tersebut (dengan tidak
melampaui batas). Yah tentunya sebelum membunuh dan memakan babi itu,
Anda harus mengucapkan “bismillah”, agar Anda senantiasa selalu mendapat berkat dan perlindungan-Nya.
Sebenarnya Alkitab pernah memuat ayat-ayat yang mengharamkan untuk makan babi, seperti yang tercantum dalam :
a. Al-Kitab 1928 Ulangan 14:8 yang berbunyi : “Dan
lagi babi, karena soenggoehpon koekoenja terbelah doewa, tetapi tiada
ija memamah bijak, maka haramlah ija kapadamoe, djanganlah kamoe makan
dagingnja dan djangan mendjamah bangkainja.”
b. Al-Kitab 1928 Imamat 11:7 yang berbunyi : “Dan
lagi babi , karena soenggoehpon koekoenja terbelah doewa, ija-itoe
bersiratan koekoenja, tetapi tiada ija memamah bijak, maka haramlah ija
kapadamoe.”
c. Al-Kitab 1991 dan 2001 Imamat 11:7 : “Demikian
juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela
panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu.”
d. Al-Kitab 1991 dan 2001 Ulangan 14:8 : “Juga
babi hutan, karena memang berkuku belah, tetapi tidak memamah biak;
haram itu bagimu. Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan
janganlah kamu terkena bangkainya.”
e. Bible pada Leviticus bab 11 ayat 8, dikatakan : "Dari
daging mereka (dari "swine", nama lain buat "babi") janganlah kalian
makan, dan dari bangkai mereka, janganlah kalian sentuh; mereka itu
kotor buatmu."
Dari ayat-ayat Alkitab tersebut diatas timbul
pertanyaan, mengapa banyak dari umat Kristiani saat ini “seenaknya
saja” makan babi ?. Apakah umat Kristiani betul-betul sudah merasa bahwa
segala dosa yang dilakukannya termasuk makan babi akan ditebus oleh
Yesus Kristus sang juru selamat ?.
Silakan Anda jawab sendiri !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar