bioteknologi konvensional dalam bidang pertanian diantaranya penanaman secara hidroponik dan penanaman secara aeroponik.
Bioteknologi Konvensional dalam Bidang Pertanian
1. Penanaman secara hidroponik
Hidroponik berasal dari kata bahasa Yunani hydro yang berarti air dan
ponos yang berarti bekerja. Jadi, hidroponik artinya pengerjaan air atau
bekerja dengan air. Dalam praktiknya hidroponik dilakukan dengan
berbagai metode, tergantung media yang digunakan. Adapun metode yang
digunakan dalam hidroponik, antara lain metode kultur air (menggunakan
media air), metode kultur pasir (menggunakan media pasir), dan metode
porus (menggunakan media kerikil, pecahan batu bata, dan lain-lain).
Metode yang tergolong berhasil dan mudah diterapkan adalah metode pasir.
2. Penanaman secara hidroponi
Pada umumnya orang bertanam dengan menggunakan tanah. Namun, dalam
hidroponik tidak lagi digunakan tanah, hanya dibutuhkan air yang
ditambah nutrien sebagai sumber makanan bagi tanaman. Apakah cukup
dengan air dan nutrien? Bahan dasar yang dibutuhkan tanaman adalah air,
mineral, cahaya, dan CO2. Cahaya telah terpenuhi oleh cahaya matahari.
Demikian pula CO2 sudah cukup melimpah di udara. Sementara itu kebutuhan
air dan mineral dapat diberikan dengan sistem hidroponik, artinya
keberadaan tanah sebenarnya bukanlah hal yang utama.
Beberapa keuntungan bercocok tanam dengan hidroponik, antara lain
tanaman dapat dibudidayakan di segala tempat; risiko kerusakan tanaman
karena banjir, kurang air, dan erosi tidak ada; tidak perlu lahan yang
terlalu luas; pertumbuhan tanaman lebih cepat; bebas dari hama; hasilnya
berkualitas dan berkuantitas tinggi; hemat biaya perawatan.
Jenis tanaman yang telah banyak dihidroponikkan dari golongan tanaman
hias antara lain Philodendron, Dracaena, Aglonema, dan Spatyphilum.
Golongan sayuran yang dapat dihidroponikkan, antara lain tomat, paprika,
mentimun, selada, sawi, kangkung, dan bayam. Adapun jenis tanaman buah
yang dapat dihidroponikkan, antara lain jambu air, melon, kedondong
bangkok, dan belimbing.
3. Penanaman secara aeroponik
Aeroponik berasal dari kata aero yang berarti udara dan ponos yang
berarti daya. Jadi, aeroponik adalah pemberdayaan udara. Sebenarnya
aeroponik merupakan tipe hidroponik (memberdayakan air), karena air yang
berisi larutan unsur hara disemburkan dalam bentuk kabut hingga
mengenai akar tanaman. Akar tanaman yang ditanam menggantung akan
menyerap larutan hara tersebut. Prinsip dari aeroponik adalah sebagai
berikut. Helaian styrofoam diberi lubang-lubang tanam dengan jarak 15
cm. Dengan menggunakan ganjal busa atau rockwool, anak semai sayuran
ditancapkan pada lubang tanam. Akar tanaman akan menjuntai bebas ke
bawah. Di bawah helaian styrofoam terdapat sprinkler (pengabut) yang
memancarkan kabut larutan hara ke atas hingga mengenai akar.
Penerapan Bioteknologi Konvensional dalam Pengolahan Bahan Makanan
Penerapan bioteknologi konvensional dalam pengolahan bahan makanan
diantaranya pengolahan produk susu yang dapat diolah menjadi
bentuk-bentuk baru, seperti yoghurt, keju, dan mentega. Serta pengolahan
produk nonsusu seperti kecap dan tempe.
1. Pengolahan produk susu
Susu dapat diolah menjadi bentuk-bentuk baru, seperti yoghurt, keju, dan mentega.
a. Yoghurt
Untuk membuat yoghurt, susu dipasteurisasi terlebih dahulu, selanjutnya
sebagian besar lemak dibuang. Mikroorganisme yang berperan dalam
pembuatan yoghurt, yaitu Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
thermophillus. Kedua bakteri tersebut ditambahkan pada susu dengan
jumlah yang seimbang, selanjutnya disimpan selama ± 5 jam pada
temperatur 45 oC.
Selama penyimpanan tersebut pH akan turun menjadi 4,0 sebagai akibat
dari kegiatan bakteri asam laktat. Selanjutnya susu didinginkan dan
dapat diberi cita rasa.
b. Keju
Dalam pembuatan keju digunakan bakteri asam laktat, yaitu Lactobacillus
dan Streptococcus. Bakteri tersebut berfungsi memfermentasikan laktosa
dalam susu menjadi asam laktat. Proses pembuatan keju diawali dengan
pemanasan susu dengan suhu 90 oC atau dipasteurisasi, kemudian
didinginkan sampai 30 oC. Selanjutnya bakteri asam laktat dicampurkan.
Akibat dari kegiatan bakteri tersebut pH menurun dan susu terpisah
menjadi cairan whey dan dadih padat, kemudian ditambahkan enzim rennin
dari lambung sapi muda untuk mengumpulkan dadih. Enzim rennin dewasa ini
telah digantikan dengan enzim buatan, yaitu klimosin. Dadih yang
terbentuk selanjutnya dipanaskan pada temperature 32oC – 420oC dan
ditambah garam, kemudian ditekan untuk membuang air dan disimpan agar
matang. Adapun whey yang terbentuk diperas lalu digunakan untuk makanan
sapi.
c. Mentega
Pembuatan mentega menggunakan mikroorganisme Streptococcus lactis dan
Lectonostoceremoris. Bakteri-bakteri tersebut membentuk proses
pengasaman. Selanjutnya, susu diberi cita rasa tertentu dan lemak
mentega dipisahkan. Kemudian lemak mentega diaduk untuk menghasilkan
mentega yang siap dimakan.
2. Produk makanan nonsusu
a. Kecap
Dalam pembuatan kecap, jamur, Aspergillus oryzae dibiakkan pada kulit
gandum terlebih dahulu. Jamur Aspergillus oryzae bersama-sama dengan
bakteri asam laktat yang tumbuh pada kedelai yang telah dimasak
menghancurkan campuran gandum. Setelah proses fermentasi karbohidrat
berlangsung cukup lama akhirnya akan dihasilkan produk kecap.
b. Tempe
Tempe kadang-kadang dianggap sebagai bahan makanan masyarakat golongan
menengah ke bawah, sehingga masyarakat merasa gengsi memasukkan tempe
sebgai salah satu menu makanannya. Akan tetapi, setelah diketahui
manfaatnya bagi kesehatan, tempe mulai banyak dicari dan digemari
masyarakat dalam maupun luar negeri. Jenis tempe sebenarnya sangat
beragam, bergantung pada bahan dasarnya, namun yang paling luas
penyebarannya adalah tempe kedelai.
Tempe mempunyai nilai gizi yang baik. Di samping itu tempe mempunyai
beberapa khasiat, seperti dapat mencegah dan mengendalikan diare,
mempercepat proses penyembuhan duodenitis, memperlancar pencernaan,
dapat menurunkan kadar kolesterol, dapat mengurangi toksisitas,
meningkatkan vitalitas, mencegah anemia, menghambat ketuaan, serta mampu
menghambat resiko jantung koroner, penyakit gula, dan kanker.
Untuk membuat tempe, selain diperlukan bahan dasar kedelai juga
diperlukan ragi. Ragi merupakan kumpulan spora mikroorganisme, dalam hal
ini kapang. Dalam proses pembuatan tempe paling sedikit diperlukan
empat jenis kapang dari genus Rhizopus, yaitu Rhyzopus oligosporus,
Rhyzopus stolonifer, Rhyzopus arrhizus, dan Rhyzopus oryzae. Miselium
dari kapang tersebut akan mengikat keping-keping biji kedelai dan
memfermentasikannya menjadi produk tempe. Proses fermentasi tersebut
menyebabkan terjadinya perubahan kimia pada protein, lemak, dan
karbohidrat. Perubahan tersebut meningkatkan kadar protein tempe sampai
sembilan kali lipat.
c. Tape
Tape dibuat dari bahan dasar ketela pohon dengan menggunakan sel-sel
ragi. Ragi menghasilkan enzim yang dapat mengubah zat tepung menjadi
produk yang berupa gula dan alkohol. Masyarakat kita membuat tape
tersebut berdasarkan pengalaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar