Jumat, 28 November 2014
Fenomena Alam: Red Tides, Air Laut Menjadi Merah
Air laut berubah menjadi merah karena ganggang mikroskopik berkembang biak secara massal sehingga menutupi permukaan air laut. Pada malam hari, warna lautan itu bisa berubah menjadi biru terang. Itulah fenomena Red Tides ,sungguh indah.
Tapi jangan salah, meski terlihat sangat indah dan menawan, Red Tide adalah pembunuh massal biota laut ,merubah struktur komunitas ekosistem perairan, berdampak meracuni dan juga bisa menyebabkan kematian pada manusia. Lebih dari 100 ton ikan dan biota laut mati karena racun yang dikeluarkan fitoplankton(ganggang mikroskopik) yang menutupi lautan itu.
Faktor yang mempengaruhi fenomena Red Tides yaitu termasuk suhu permukaan laut yang hangat, salinitas rendah, kandungan gizi yang tinggi, dan laut yang tenang. Selain itu, fitoplankton tersebut dapat menyebar dengan jauh oleh angin, arus, dan badai.
Badai ini mengubah system pergerakan air laut yang mengakibatkan bertumpuknya plankton di lautan tertentu.plankton merupakan makanan ikan,tetapi kalau plankton berjumlah sangat banyak,maka otomatis banyak plankton yang tidak termakan oleh ikan dan akhirnya membusuk di dasar laut.plankton yang membusuk ini menghasilkan plankton baru bersifat toksin yang disebut dinoflagellata .pada kondisi tertentu plankton busuk tersebut meledak ke permukaan laut.plankton-plakton itu mengeluarkan toksin berwarna kuning keemasan,merah keemasan,atau hijau kekuningan. Otomatis setiap binatang laut yang memakan atau melewati Red Tides ini akan mati.
Ada sekitar 20 jenis dinoflagellata di dunia yang beracun. Salah satu jenis Dinoflagellata beracun tersebut adalah dari spesies Pyrodinium bahamense var compressum . Spesies Red tide ini memiliki ciri khas yaitu dalam tubuhnya mengandung klorofil dan menghasilkan racun ketika berfotosintesis
Tetapi ada juga Red Tides yang di sebabkan oleh ulah manusia.Limbah buangan atau zat-zat kimia beracun di perairan akan membuat plankton-plankton membusuk di dasar laut. Fenomena ini tidak sebesar seperti yang diakibatkan oleh badai. Namun tetap saja akan membuat binatang laut kehabisan makanan dan mati karena makan plankton beracun.
Selain berdampak secara ekologi, fenomena red tide mengganggu kesehatan manusia seperti sindrom keracunan akibat memakan ikan mati karena red tide atau makan kerang yang diambil dari perairan yang mengalami red tide. Selain itu, bisa terjadi iritasi kulit dan mata karena berenang atau mandi di perairan yang sedang mengalami red tide. Keracunan akibat memakan kerang-kerangan paling berbahaya karena hewan tersebut mampu mengakumulasi racun, sementara kerangnya sendiri tidak terpengaruh.
Secara ekonomi, jelas menimbulkan kerugian. Banyaknya ikan dan biota laut lain yang mati menyebabkan hasil tangkapan nelayan menurun. Konsumen atau pembeli ikan mentah maupun sea food juga bisa berkurang karena kuatir terkontaminasi racun. Dunia pariwisata pun terimbas karena limbah ikan yang tersebar di pantai disertai bau busuk menyengat. Wisatawan harus diperingatkan supaya tidak melakukan aktivitas di lokasi red tide agar terhindar dari keracunan.
Red Tide umumnya terjadi antara bulan Agustus-Februari di pantai dengan perairan hangat seperti Teluk Meksiko.
Fenomena laut ini sendiri tercatat pernah terjadi di pantai Bali,laut sekitar Sulawesi,Kalimantan Timur,Peru dan Chili.Fenomena Red Tides terjadi kira-kira lima tahun sekali sesuai dengan siklus badai yang terjadi dilaut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar